Khutbah Jumat: Belalah Rasulullah dengan Air Mata dan Nyawamu

Serial Materi Khutbah Jum'at Edisi 2022

Andalus.or.id – Khutbah Jumat kali ini akan membahas isu yang sedang ramai tentang penghinaan Nabi Muhammad, mari semarakkan di mimbar-mimbar masjid tentang pentingnya pembelaan atas Nabi Kita.holdbarhet nespresso kapsler
vinglas boda nova
qatar airways handgepäck gewicht
חוק רמקולים תחת כיפת השמיים
כורסא אגורה
nike tech fleece tapered joggers in blue
dámské jarni kotníkové boty tamaris
best apple watch bands for women
dežna obleka za otroke
spodnje hlače moške

____

الحَمْدُ للهِ الْمَلِكِ الدَّيَّانِ، وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى مُحَمَّدٍ سَيِّدِ وَلَدِ عَدْنَانَ، وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَتَابِعِيْهِ عَلَى مَرِّ الزَّمَانِ.

وَأَشْهَدُ أَنْ لَّا إِلهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الَّذِيْ كَانَ خُلُقُهُ الْقُرْآنَ

اَمَّا بَعْدُ، فَيَا أَيُّهَا الْحَاضِرُوْنَ، اِتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوْتُنَّ اِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ.

قَالَ اللهُ تَعَالَى فِي الْقُرْاٰنِ الْعَظِيْمِ. أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ:

يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالًا كَثِيرًا وَنِسَاءً وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ

وَالْأَرْحَامَ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا

 

Saudaraku, jamaah shalat Jumat rahimakumullah,

Mengawali khutbah pada siang hari yang penuh keberkahan ini, khatib berwasiat kepada kita semua terutama kepada diri khatib pribadi untuk senantiasa berusaha meningkatkan kualitas keimanan dan ketakwaan kita kepada Allah subhanahu wa ta’ala dengan melakukan semua kewajiban dan meninggalkan seluruh yang diharamkan.

Shalawat dan salam semoga tercurah pada Nabi akhir zaman, suri tauladan kita, Nabi kita Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Hari-hari damai dalam kehidupan umat Islam telah ternodai. Toleransi baik dari umat Islam di cederai. Akhlak mulia yang ditampilkan oleh umat Islam dikhianati. Yaitu dengan adanya Tindakan kriminal, yang mencederai kehormatan Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam.

Di India, partai politik PBJ yang beraliran hindu ekstrim sering melecehkan umat Islam, kini Jubirnya Sharma, melecehkan Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam. Umat Islam India demo damai meminta keadilan, tetapi justru rumah yang demo malah digusur, anak-anak muda Islam ditembak dan ratusan orang lainnya ditangkap karena aksi damai ini.

Kini umat islam India bersumpah, tak akan berhenti dari tuntutan mereka, hingga Sharma dihukum.

Di negeri kita, dalam kurun waktu kurang dari sebulan, terjadi juga pelecehan terhadap Nabi Agung Muhammad Shallallahu alaihi wa sallam, oleh Café Hollywings, dimana mereka membuat promo, “Siapa yang namanya Muhammad dan Maryam akan dikasih Wiski Gratis.”

Tidak berhenti sampai di sini, pelecehan ini dilanjutkan oleh anak-anak muda yang sedang mabuk, mereka berkata, “Nabi Muhammad juga suka mabuk.” Naudzu billahi.

 

Mari Bela Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam

Ada dua alasan pokok kenapa kita harus melakukan pembelaan ini, hingga kita dimenangkan oleh Allah Ta’ala. Yaitu:

Pertama: Membela Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam, tuntutan Iman. Syarat masuk Islam adalah syahadatain; Asyhadu An Laailaaha Illallaah, dan Wa Asyhadi Anna Muhammadan Rasulullah.

Iman kepada Allah Ta’ala tidak sah tanpa menyertakan iman kepada Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam. Demikian juga, pembelaan terhadap Allah, tak akan bermakna tanpa membuktikan pembelaan terhadap Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam.

Kedua: Ungkapan Terimakasih Kepada Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam

Kecintaan Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam kepada umatnya sangat luar biasa. Beliau telah mengorbankan apapun yang beliau miliki untuk keselamatan umatnya. Di dunia dan di akhirat.

Dalam kesehariannya, beliau selalu memikirkan umatnya. Dalam sebuah Riwayat, disebutkan Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam menjelang wafatnya, masih sempat memikirkan umatnya, itu merupakan tanda kecintaan yang mendalam kepada kita sebagai umatnya.

Cukuplah hadits ini menggambarkan kecintaan tulus Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam:

لكلِّ نبيٍّ دعوةٌ مستجابةٌ ، فتعجَّل كلُّ نبيٍّ دعوتَه ، وإني اختبأتُ دعوتي شفاعةً لأمتي ، فهي نائلةٌ من مات منهم لا يشركُ باللهِ شيئًا

Setiap Nabi diberi jatah permintaan yang pasti diijabahi dan semua nabi telah meminta permintaan tersebut sementara aku menyimpan permintaan tersebut sebagai syafaat bagi umatku di hari kiamat syafaat itu pasti didapatkan oleh umatku yang meninggal dalam keadaan tidak menyekutukan Allah subhanahu wa ta’ala dengan sesuatu apapun.” (HR. Bukhari & Muslim)

Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam bukan berarti tidak pernah mengalami hal yang sulit dalam hidupnya. Bahkan dalam dakwah peride Makkah, beliau ditimpa ujian bertubi-tubi.

Imam Bukhari rahimahullah meriwayatkan dari sahabat Abdullah bin Amr bin ‘Ash, bahwa pernah Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam sedang melaksanakan shalat di depan hajar Aswad.

Maka datanglah Uqbah bin Abi Mu’ith -yang merupakan tetangga Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam- kemudian dia mengikatkan sorbannya (pakaiannya) di leher Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam.

Kemudian ia menarik Nabi Muhammad ke belakang saat beliau berdiri shalat sehingga beliau jatuh ke belakang. Dalam riwayat lain sampai beliau sempat tidak menyadarkan diri.

Lalu datanglah Abu Bakar As Siddiq radhiyallahu anhu, kemudian menarik lengannya Utbah bin Abi Mu’ith dan mendorongnya, sambil membangun Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam.

Seraya berkata, “Apakah kalian tega membunuh seorang laki-laki yang tidak punya tindakan criminal. Dia hanya mengatakan Tuhan-ku adalah Allah dan telah datang kepada kalian bukti-bukti yang nyata.” Kalimat Abu Bakar ini diabadikan oleh Allah subhanahu wa ta’ala dalam surat Ghafir ayat yang ke-28

Ya Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam menderita banyak di jalan dakwah ini. Tak terhitung luka yang beliau alami. Entah berapa kali beliau dihina, diludahi, dipukul hingga berdarah. Diancam dibunuh. Sementara kata-kata kasar dan ejekan, beliau dapati.

Namun enggan untuk menggunakan do’a ini. Beliau memilih untuk menyimpannya. Kenapa? ya untuk bisa memberi syafaat kepada umat-nya kelak di hari kiamat. Untuk keselamatan kita yang banyak dosanya ini kelak di hari kiamat.

Maka, kecintaan besar Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam harus kita balas. Dengan apa? Dengan mencintai beliau, membela beliau, bahkan kita harus siap nyawa kita melayang demi membela beliau?

Apakah para penghina Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam itu hidup dengan nyaman? Mereka bebas melakukan untuk kesekian kalinya? Sementara umat Muhammad Shallallahu alaihi wa sallam yang mengharapkan syafa’atnya jumlahnya miliyaaran?

Akankah kita diam atas penghinaan ini? Wahai jiwa yang bersyahadat wa Asyhadu Anna Muhammadan Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam, ini nabi yang kalian selalu bersholawat kepadanya dinista.

Wahai lisan yang selalu bersholawat kepada nabi Agung. Bukankah kalian menangis di saat mengingat pengorbanan beliau di jalan dakwah ini? Ini nabi yang kalian agungkan dilecehkan.

Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam bersabda tentang haramnya menelantarkan kehormatan muslim:

وخرج أبو داود من حديث أبي طلحة الأنصاري وجابر بن عبد الله، عن النبي -صلى الله عليه وسلم- قال: «ما من امرئ مسلم يخُذلُ امرأً مسلماً في موطن تنتهك فيه حرمته، وينتقص فيه من عرضه، إلا خذله الله في موطن يُحبٌّ فيه نُصرته، وما من امرئ ينصر مسلماً في موضع ينتقص فيه من عِرضه، ويُنتهك فيه من حرمته، إلا نصره الله في موضع يحبُ فيه نُصرته» (الترغيب والترهيب [3/201]).

Siapapun yang menelantarkan seorang muslim di tempat dia dihinakan kehormatannya dan harga dirinya dinodai maka Allah pasti akan menghinakan dia Di saat dia membutuhkan Pertolongan Allah dan barang siapa yang menolong seorang muslim di saat harga dirinya

dinodai dan kehormatannya dinista maka Allah pasti akan menolongnya Di saat dia membutuhkan Pertolongan Allah ” (HR. Abu Dawud)

Bukankah menelantarkan muslim biasa, Anda akan diancam terlaknant, Allah akan membalas Anda dengan menelantarkan Anda? Maka tentunya menelantarkan kehormatan Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam lebih dahsyat hukumannya?

Mungkin jika kita tidak peduli dengan kehormatan Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam yang dinista, maka bukan sekedar Allah menelantarkan kita, tapi juga anak keturunan kita, orang tua kita, bahkan generasi kita di masa yang akan dating –wal iyadzu billahi-.

Mari kita suarakan pembelaan terhadap kehormatan Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam, lewat mimbar-mimbar jum’at, sosial media, kajian, di kantor, rumah dan di jalan-jalan kota kita. Kita harus meminta pemerintah untuk menghukum penghina Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam sesuai ketentuan syari’at.

 

Kenapa Penghinaan Seperti Ini Terus Terjadi..?

Setidaknya karena dua faktor utama. Yaitu:

Pertama Kebodohan: Ada umat Islam begitu marah ketika dirinya atau tokoh panutannya dinista. Bahkan siap menumpahkan darah. Pembelaan yang sebenarnya wajar, namun terlau membabi buta.

Sayang,mereka tidak terusik di saat Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam dinista, padahal beliau adalah nabi yang dimuliakan oleh Allah

Ta’ala, jauh sebelum dunia diciptakan, hingga kelak di hari kiamat kelak.

Allah Ta’ala menjelaskan, yang paling layak mendapatkan pengorbanan nyawa, darah,dan harta adalah Rasulullah, Muhammad Shallallahu alaihi wa sallam. Allah Ta’ala mengingatkan:

فَٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ بِهِۦ وَعَزَّرُوهُ وَنَصَرُوهُ وَٱتَّبَعُواْ ٱلنُّورَ ٱلَّذِيٓ أُنزِلَ مَعَهُۥٓ أُوْلَٰٓئِكَ هُمُ ٱلۡمُفۡلِحُونَ

Adapun orang-orang yang beriman kepadanya, memuliakannya, menolongnya dan mengikuti cahaya yang terang yang diturunkan kepadanya (Al-Qur`ān), mereka itulah orang-orang yang beruntung.” (QS. Al-A’raf: 57)

Allah Ta’ala juga mengingatkan, bahwa Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam harus lebih dimuliakan dari diri kita:

ٱلنَّبِيُّ أَوۡلَىٰ بِٱلۡمُؤۡمِنِينَ مِنۡ أَنفُسِهِمۡۖ وَأَزۡوَٰجُهُۥٓ أُمَّهَٰتُهُمۡۗ

Nabi itu lebih utama bagi orang-orang mukmin dibandingkan diri mereka sendiri,dan istri-istrinya adalah ibu-ibu mereka.” (QS. Al-Ahzab: 6)

Sudah saatnya umat menyadari, bahwa kehormatan Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam adalah paling tinggi di atas segala-galanya, setelah kesucian dan keagungan Allah Ta’ala. Maka sudah selayaknya membela Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam, menjadi nafas kehidupan mereka. Karena dengan inilah iman bisa hidup dalam jiwa dan raga seorang mukmin.

Kedua Kelemahan: Jika dulu sahabat Abdullah bin Mas’ud Radhiyallahu anhu berkisah, saya pernah melihat Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam di Makkah diinjak oleh Uqbah bin Abi Mu’ith di saat beliau sedang sujud. Hampir saja kedua bola mata beliau keluar, karena kerasnya siksaan itu. Sementara kami lemah, tidak bisa berbuat banyak.“

Hingga Sayyiduna Abu Bakar Radhiyallahu anhu datang. Lalu mendorong Uqbah. Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam pun melanjutkan shalatnya. Ya sahabat diam, karena lemah, jumlah mereka, belum mencapai 1000. Namun demikian, ada pemberani seperti Abu Bakar Radhiyallahu anhu.

Mereka tidak bisa berbuat banyak karena jumlah mereka sedikit. Sementara kita diam, bukan karena jumlah yang sedikit. Bukannya karena tidak punya senjata.

Tetapi kita diam, karena kita lemah. Bukan karena lemah fisik, tetapi lemah iman, leman jiwa, lemah mental. Karena apa, cinta dunia yang kelewat batas.

Cinta jabatan, membuat para pejabat yang beragama Islam diam membisu. Tidak membela Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam. Padahal mereka digaji dengan pajak umat Islam.

Cinta popularitas, membuat Sebagian tokoh Islam, para kiyai diam. Tidak menjelaskan hukum penista Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wa sallam. Mereka khawatir mata umat menjauh dari mereka, menuduh mereka radikal. Padahal mereka mendapatkan ketokohan karena ajaran Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam.

Sungguh benar apa yang disampaikan oleh Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam, bahwa cinta dunia itu melemahkan jiwa. Beliau Shallallahu alaihi wa sallam bersabda;

عَنْ ثَوْبَانَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُوشِكُ الْأُمَمُ أَنْ تَدَاعَى عَلَيْكُمْ كَمَا تَدَاعَى الْأَكَلَةُ إِلَى قَصْعَتِهَا فَقَالَ قَائِلٌ وَمِنْ قِلَّةٍ نَحْنُ يَوْمَئِذٍ قَالَ بَلْ أَنْتُمْ يَوْمَئِذٍ كَثِيرٌ وَلَكِنَّكُمْ غُثَاءٌ كَغُثَاءِ السَّيْلِ وَلَيَنْزَعَنَّ اللَّهُ مِنْ صُدُورِ عَدُوِّكُمْ الْمَهَابَةَ مِنْكُمْ وَلَيَقْذِفَنَّ اللَّهُ فِي قُلُوبِكُمْ الْوَهْنَ فَقَالَ قَائِلٌ يَا رَسُولَ اللَّهِ وَمَا الْوَهْنُ قَالَ حُبُّ الدُّنْيَا وَكَرَاهِيَةُ الْمَوْتِ

Dari Tsauban, dia berkata: “Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,”Hampir-hampir bangsa-bangsa (kafir) saling mengajak untuk memerangi kamu, sebagaimana orang-orang yang akan makan saling mengajak menuju piring besar mereka”, Seorang sahabat bertanya: “Apakah disebabkan dari sedikitnya kita pada hari itu?” Beliau menjawab: “Tidak, bahkan pada hari itu kamu banyak, tetapi kamu buih (sampah), seperti buih (sampah) banjir. Dan Allah akan menghilangkan rasa gentar (takut) dari dada (hati) musuhmu terhadap kamu. Dan Allah akan menimpakan wahn (kelemahan) di dalam hati kamu,” Seorang sahabat bertanya: “Wahai Rasulullah, apakah wahn itu?” Beliau Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam menjawab:Cinta dunia dan takut mati.” [HR Abu Dawud, no. 4297; Ahmad (5/278);

Maka solusi dari kelemahan ini adalah menanamkan sikap zuhud (prioritas cinta akherat) dalam jiwa kita, kemudian menjadikan jihad sebagai jalan juang kita.

Menurut Syaikh Dr. Safar al-Hawali, dalam karya fenomenalnya –almuslimun wal hadharah algharbiyah- dengan kedua karakter ini, yaitu Zuhud dan Jihad, sahabat Rasulullah memimpin dunia, padahal sebelumnya tidak pernah memimpin. Dan dengan kedua inilah juga, umat Islam, setelah mereka, termasuk kita akan memimpin dunia.

أَقُوْلُ قَوْلِيْ هٰذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِيْ وَلَكُمْ، فَاسْتَغْفِرُوْهُ، إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ

Khutbah Kedua

إاَلْحَمْدُ لِلهِ الْغَفُوْرِ التَّوَّابِ، اَلْكَرِيْمِ الْوَهَّابِ؛ خَلَقَ الْخَلْقَ وَدَبَّرَهُمْ، وَكَفَلَ أَقْوَاتَهُمْ وَأَرْزَاقَهُمْ، نَحْمَدُهُ عَلَى مَا أَعْطَى، وَنَشْكُرُهُ عَلَى مَا أَوْلَى، وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ؛ تَبَارَكَ اِسْمُهُ، وَتَعَالَى جَدُّهُ، وَلَا إِلَهَ غَيْرُهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ؛ بَعَثَهُ اللهُ تَعَالَى بِالدِّيْنِ اْلمُبَارَكِ الَّذِيْ عَمَّتْ بَرَكَتُهُ الْأَرْضَ جَمِيْعًا،

أَمَّا بَعْدُ: فَأُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ؛ فَجُمَاعُ الْخَيْرِ فِيْ ظِلَالِهَا، وَأُسُّ السَّعَادَةِ فِيْ تَحْقِيْقِهَا، وَطَرِيْقُ الْجَنَانِ يَمُرُّ عَبْرَ تَمَثُّلِ مَدْلُوْلِهَا، قَالَ اللهُ تَعَالَى: يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ.

هَذَا وَصَلُّوْا وَسَلِّمُوْا عَلَى مَنْ أُمِرْتُمْ بِالصَّلَاةِ وَالسَّلَامِ عَلَيْهِ، قَالَ تَعَالَى: إِنَّ اللهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُوْنَ عَلَى النَّبِيْ يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُوْا عَلَيْهِ وَسَلِمُوْا تَسْلِيْمًا. وَقَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: مَنْ صَلَّى عَلَيَّ صَلَاةً صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ بِهَا عَشْرًا.

الَلَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا وَنَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ، وَارْضَ اللَّهُمَّ عَنِ الْخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ: أَبِيْ بَكْرٍ وَعُمَرَ وَعُثْمَانَ وَعَلَيٍ، وَعَنْ سَائِرِ الصَّحَابَةِ الْأَكْرَمِيْنَ.

اللَّهُمَّ أَعِزَّ الْإِسْلَامَ وَالْمُسْلِمِيْنَ، اللَّهُمَّ ارْفَعِ البَلَاءَ عَنِ الْمُسْتَضْعَفِيْنَ مِنَ الْمُسْلِمِيْنَ فِيْ كُلِّ مَكَانٍ، اللَّهُمَّ احْقِنْ دِماءَ الُمسْلِمِيْنَ، وَاحْفَظْ عَلَيْهِمْ دِيْنَهُمْ وَأَمْنَهُمْ وَأَعْرَاضَهُمْ وَأَمَوَالَهُمْ يَا رَبَّ الْعَالَمِيْنَ، اللَّهُمَّ اكْفِنَا وَالْمُسْلِمِيْنَ شَرَّ الْأَشْرَارِ وَكَيْدَ الْفُجَّارِ،

اللَّهُمَّ وَلِّ عَلَى الْمُسْلِمِيْنَ خِيَارَهُمْ وَاكْفِهِمْ شِرارَهُم يَا ربَّ الْعَالَمِينَ، اللَّهُمَّ أَهْلِكِ الْكَفَرةَ الَّذِيْنَ يَصُدُّوْنَ عَنْ سَبِيْلِكَ وَيُقَاتِلُوْنَ أَهْلَ دِيْنَكَ اللَّهُمَّ عَلَيْكَ بِهِمْ فَإِنَّهُمْ لَا يُعْجِزُوْنَكَ، اللَّهُمَّ أَنْزِلْ بِهِمْ بَأسَكَ الَّذِيْ لَا يُرَدُّ عَنِ الْقَوْمِ الْمُجْرِمِيْنَ يَا قَوِيُّ يَا عَزِيْزُ،

اللَّهُمَّ آمِنَّا فِيْ الْأَوْطَانِ وَالدَّوْرِ، وَاصْرِفْ عَنَّا اْلفِتَنَ وَالشُّرُوْرَ، وَأَصْلِحْ لَنَا الْأَئِمَّةَ وَوُلَاةَ الْأُمُوْرِ، اللَّهُمَّ وَفِقْ وُلَاةَ أَمْرِنَا بِتَوْفِيْقِكَ وَأَيِّدْهُمْ بِتَأْيِيْدِكَ وَاجْعَلْهُمْ مِنْ أَنْصَارِ دِيْنِكَ يَا ذَا الْجَلَالِ وَالْإِكْرَامِ، اللَّهُمَّ ارْزُقْهُمْ بِطَانَةَ الصَّلَاحِ وَأَهْلِ الْخَيْرِ، وَأَبْعِدْ عَنْهُمْ أَهْلَ الزَّيْغِ وَاْلفَسَادِ،

اللَّهُمَّ مَنْ أَرَادَنَا وَأَرَادَ دِيْنَنَا وَبِلَادَنَا بِسُوْءٍ اللَّهُمَّ فَأَشْغِلْهُ بِنَفْسِهِ وَاجْعَلْ كَيْدَهُ فِيْ نَحْرِهِ وَاجْعَلْ تَدْبِيْرَهُ تَدْمِيْراً عَلَيْهِ يَا رَبَّ الْعَالَمِيْنَ، اللَّهُمَّ اغْفِرْ لَنَا وَلِوَالِدَيْنَا وَلِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اَلْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالْأَمْوَاتِ إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعَوَاتِ.

اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ اَلْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالْأَمْوَاتِ، اللَّهُمَّ ارْحَمِ الَّذِيْنَ انْتَقَلُوْا إِلَى رَحْمَتِكَ، اللَّهُمَّ ارْحَمْهُمْ رَحْمَةً وَاسِعَةً مِنْ عِنْدِكَ، وَأَفِضْ عَلَيْهِمْ مِنْ خَيْرِكَ وَرِضْوَانِكَ يَا رَبَّ الْعَالَمِيْنَ.

اللَّهُمَّ اسْقِنَا الْغَيْثَ وَلَا تَجْعَلْنَا مِنَ الْقَانِطِيْنَ، اللَّهُمَّ أَغِثْنَا، اللَّهُمَّ أَغِثْنَا، اللَّهُمَّ أَغِثْنَا، اللَّهُمَ اسْقِنَا مِنْ بَرَكَاتِ السَّمَاءِ، وَأَنْبِتْ لَنَا مِنْ بَرَكَاتِ الْأَرْضِ.

اُذْكُرُوْا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ، وَاشْكُرُوْهُ عَلَى نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ.

وَأَقِمِ الصَّلَاةَ.

Tentang Penulis

Show More

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button