Khutbah Idul Adha : Meneladani Khalilurrahman dalam Menjaga Keimanan

Materi Khutbah Idul Adha
Meneladani Khalilurrahman (Muhammad ﷺ & Ibrahim )
Dalam Menjaga Iman Dari Fitnah Akhir Zaman
Oleh: Ustadz Mas’ud Izzul Mujahid, Lc
الحمد لله الرحيم الرحمن، الكريم المنان؛ عز سلطانه، وجل ثناؤه، وتقدست أسماؤه، سبحانه وبحمده. دائم لا يفوت، وحي لا يموت، والجن والإنس يموتون. العز إزاره، والكبرياء رداؤه، فمن نازعه فيهما عذبه ﴿فَلِلَّهِ الْحَمْدُ رَبِّ السَّمَاوَاتِ وَرَبِّ الْأَرْضِ رَبِّ الْعَالَمِينَ * وَلَهُ الْكِبْرِيَاءُ فِي السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَهُوَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ﴾ [الجاثية: 36- 37].
الحمد لله العزيز الحكيم، القوي المتين؛ خلق الخلق ولم يحتج إليهم، واستغنى عنهم بعد خلقهم، وهو سبحانه عليم بهم، قدير عليهم، يدبرهم كيف يشاء، ويهديهم لما يشاء، وهو على كل شيء قدير.
﴿الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي لَمْ يَتَّخِذْ وَلَدًا وَلَمْ يَكُنْ لَهُ شَرِيكٌ فِي الْمُلْكِ وَلَمْ يَكُنْ لَهُ وَلِيٌّ مِنَ الذُّلِّ﴾ [الإسراء: 111]
أَشْهَدُ أنْ لا إلَهَ إلا اللهُ وَحْدَهُ لا شَرِيكَ لَهُ وأشهدُ أنَّ مُحَمَّدًا عبْدُه ورَسُولُه
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ
يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالًا كَثِيرًا وَنِسَاءً وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالْأَرْحَامَ إِنَّ اللَّهَ كَ انَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا
فَإِنَّ أَصْدَقَ الحَدِيْثِ كِتَابُ اللهِ وَأَفْضَلُ الهُدَى هُدَى مُحَمَّدٍ وَشَرَّ الأُمُوْرِ مُحْدَثَاتُهَا وَكُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ َوكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ وَكُلَّ ضَلاَلَةٍ فِي النَّارِ
الله أكبر الله أكبر، لا إله إلا الله والله أكبر، الله أكبر ولله الحمد.
Ma’asyirol Muslimin
Gema Takbir, Tahlil, Tahmid dan Tasbih memenuhi setiap pelosok bumi. Asma Allah ditinggikan. Di hari yang mulia ini. Hari raya bagi umat Islam, dimanapun merek berada.
Marilah kita menghadirkan rasa syukur kita dalam ucapan, hati, dan perbuatan kita. Kita memuji Allah ﷻ atas kenikmatan-Nya yang tak terhitung kepada kita. Kita memuji Allah ﷻ, atas kasih sayangnya kepada kita semua; Alhamdulillah Allah ﷻ telah menganugerahkan kepada kita iman dan kesehatan serta kecukupan.
Siapa yang mendapatkan tiga kenikmaatan ini, maka telah sempurnalah kenikmatannya. Rasulullah ﷺ
telah bersabda;
مَنْ أَصْبَحَ مِنْكُمْ مُعَافًى فِي جَسَدِهِ آمِنًا فِي سِرْبِهِ عِنْدَهُ قُوتُ يَوْمِهِ فَكَأَنَّمَا حِيزَتْ لَهُ الدُّنْيَا
“Barangsiapa di antara kamu masuk pada waktu pagi dalam keadaan sehat badannya, aman pada keluarganya, dia memiliki makanan pokoknya pada hari itu, maka seolah-olah seluruh dunia dikumpulkan untuknya.” (HR. Ibnu Majah, no: 4141)
Di tengah wabah pandemi ini, kita semakin tahu begitu besarnya kenikmatan sehat. Dan mahalnya nilai kesehatan. Oleh karena Islam, melihat kesehatan adalah nikmat terbesar setelah nikmat Iman dan Islam.
Rasulullah ﷺ bersabda;
لاَ بَأْسَ بِالْغِنَى لِمَنِ اتَّقَى، وَالصِّحَّةُ لِمَنِ اتَّقَى خَيْرٌ مِنَ الْغِنَى، وَطِيبُ النَّفْسِ مِنَ النِّعَم»ِ صحيح – رواه ابن ماجه.
“ Kaya bagi orang yang bertakwa itu baik (tidak masalah). Namun, kesehatan bagi orang yang bertakwa lebih baik bagi orang yang bertakwa daripa kaya. Dan ketenangan jiwa itu bagian dari kenikmatan.” (HR. Ibnu Majah)
Allah ﷻ telah menciptakan kita dalam sebaik-baiknya penciptaan. Berbeda dengan makhluk-makhluk lainnya. Dan Allah ﷻ menciptakan semua yang ada di dunia ini, untuk kita, agar kita menggunakannya untuk beribadah kepada Allah. Untuk bekal memperjuangkan nilai-nilai Islam, Tauhid, agar tegak di negeri kita.
Lihatlah saudara-saudara kita di berbagai belahan bumi Islam; Yaman penuh kelaparan, Palestina diisolasi, Suriah diserang oleh orang-orang komunis, syiah, dan salib Amerika sejak 2011. Rohingnya, diusir dari kampung halamannya.
Pada semua ini ada dua pelajaran yang harus kita pahami dan amalkan yaitu, bersyukur dan bersabar. Sholawat dan Salam mudah-mudahan tercurahkan kepada Rasulullah, Muhammad ﷺ.
Sebagai khothib, sebagai saudara Anda semua dalam ikatan Islam, saya mewasiatkan kepada diri saya dan saudara-saudari yang saya cintai karena Allah, untuk meningkatkan ketakwaan kita kepada Allah ﷻ. Dengan melaksanakan perintahnya, dan menjauhi larangan-larangan-Nya. Baik yang nampak, lebih-lebih yang tersembunyi.
الله أكبر الله أكبر، لا إله إلا الله والله أكبر، الله أكبر ولله الحمد.
Ma’asyiral Muslimin wal Muslimat Rahimakumullah
Banyak pelajaran yang bisa kita ambil dari Ibadah Iedhul Adha. Baik semenjak tanggal 1 Dzulhiijah, dimana keutamaannya adalah hari-hari terbaik dalam setahun. Haji, udhiyyah, maupun saat shalat iedhul adha, hingga hari-hari tayrik ke depan.
Setidaknya, saat iedhul adha, dan berbagai peristiwa yang mengiringinya, kita akan teringat dua kekasih Allah ﷻ (Khalilurrahman); Muhammad ﷺ & Ibrahim AS.
Mencontohi kedua nabi ini adalah kewajiban, syarat untuk menjadi muslim sejati, juga syarat untuk bahagia di dunia -akherat. Dan yang terpenting membuat kita akan terjaga dari berbagai fitnah. Terutama fitnah akhir zaman.
Allah ﷻ berfirman:
قُلْ إِنْ كُنْتُمْ تُحِبُّونَ اللَّهَ فَاتَّبِعُونِي يُحْبِبْكُمُ اللَّهُ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَاللَّهُ غَفُورٌ رَحِيمٌ (31)
“Katakanlah: “Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu.” Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (Qs. Ali Imroh: 31)
Dalam firman lainnya:
لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِيهِمْ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِمَنْ كَانَ يَرْجُو اللَّهَ وَالْيَوْمَ الْآخِرَ وَمَنْ يَتَوَلَّ فَإِنَّ اللَّهَ هُوَ الْغَنِيُّ الْحَمِيدُ
“Sesungguhnya pada mereka itu (Ibrahim dan umatnya) ada teladan yang baik bagimu; (yaitu) bagi orang-orang yang mengharap (pahala) Allah dan (keselamatan pada) Hari Kemudian. Dan barangsiapa yang berpaling, maka sesungguhnya Allah Dia-lah yang Maha kaya lagi Maha Terpuji.” (Qs. Al-Mumtahanah: 6)
إِنَّ إِبْرَاهِيمَ كَانَ أُمَّةً قَانِتًا لِلَّهِ حَنِيفًا وَلَمْ يَكُ مِنَ الْمُشْرِكِين شَاكِرًا لأنْعُمِهِ اجْتَبَاهُ وَهَدَاهُ إِلَى صِرَاطٍ مُسْتَقِيمٍ وَآتَيْنَاهُ فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَإِنَّهُ فِي الآخِرَةِ لَمِنَ الصَّالِحِينَ
“Sesungguhnya Ibrahim adalah seorang imam yang dapat dijadikan teladan lagi patuh kepada Allah dan hanif. Dan sekali-kali bukanlah dia termasuk orang-orang yang mempersekutukan (Tuhan), (lagi) yang mensyukuri nikmat-nikmat Allah. Allah telah memilihnya dan menunjukinya kepada jalan yang lurus.” (Qs. An-Nahl: 120-122)
Rasulullah ﷺ juga bersabda:
لَا يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى يَكُونَ هَوَاهُ تَبَعًا لَمَّا جِئْتُ بِهِ
“Tidak beriman salah seorang diantara kalian hingga nafsu-nya tunduk terhadap apa yang aku bawa.” (HR. al-Baihaqi)
الله أكبر الله أكبر، لا إله إلا الله والله أكبر، الله أكبر ولله الحمد.
Pertama: Mencintai Allah ﷻ di Atas Segala-Galanya. Hal ini dibuktikan sepanjang hidup mereka. Di setiap sisi kehidupan mereka, menggambarkan kecintaannya yang tiada tara kepada Allah ﷻ.
Kerinduan keduanya untuk beribadah kepada Allah ﷻ, walau di saat capek, atau berduaan dengaan istri mereka. Aisyah RA berkisah: Suatu malam, Rasulullah ﷺ
Kesiapan mereka untuk berkorban apapun, demi Allah ﷻ. Walau jiwa-raga menjadi taruhannya. Lihatlah Ibrahim AS, siap dibunuh oleh Namrudz, walaupun pada akhirnya Allah ﷻ menyelamatkan beliau.
Muhammad ﷺ & Ibrahim AS, rela meninggalakn tanah tumpah darah nya keluar berhijrah. Inilah bukti kejujuran iman. Dengan kecintaan seperti inilah, Allah ﷻ akan menyelamatkan dari berbagai fitnah, sebagaimana Allah ﷻ menyelamatkan Ibrahim AS.
Allah ﷻ berfirman:
قُلْنَا يَانَارُ كُونِي بَرْدًا وَسَلَامًا عَلَى إِبْرَاهِيمَ
“Kami berfirman: “Hai api menjadi dinginlah, dan menjadi keselamatanlah bagi Ibrahim”,” (Qs.al-Anbiya’: 69)
الله أكبر الله أكبر، لا إله إلا الله والله أكبر، الله أكبر ولله الحمد
Ma’asyiral Muslimin wal Muslimat Rahimakumullah
Kedua: Berislam Secara Kaffah. Keislaman menuntut kita totalitas. Tidak boleh setengah-setengah. Allah ﷻ tidak akan menerima Islam setengah-tengah. Islam mengajarkan, kita berislam secata totalitas (kaffah), atau tidak sama sekali.
Alllah ﷻ berfirman:
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا ادْخُلُوا فِي السِّلْمِ كَافَّةً وَلَا تَتَّبِعُوا خُطُوَاتِ الشَّيْطَانِ إِنَّهُ لَكُمْ عَدُوٌّ مُبِينٌ (208)
“Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam keseluruhan, dan janganlah kamu turut langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu.” (Qs. Al-Baqarah: 208)
Beda antara Islam setengah-setengah dengan tidak mampu. Islam memaafkan ketidakmampuan kita dalam mengamalkan seluruh ibadah dan syariat. Sebab pada hakekatnya ia menerima Islam secara total. Hanya saja keterbatasannya yang membuat dia tdk melaksanakan syari’at-syariat yg ada.
Namun Islam, tidak memaafkan orang yg menerima sebagian syari’at dan menolak sebagian syariat. Menerima yang sesuai nafsu & kepentingannya, menolak yang lainnya. Allah ﷻ beffirman:
أَفَتُؤْمِنُونَ بِبَعْضِ الْكِتَابِ وَتَكْفُرُونَ بِبَعْضٍ فَمَا جَزَاءُ مَنْ يَفْعَلُ ذَلِكَ مِنْكُمْ إِلَّا خِزْيٌ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَيَوْمَ الْقِيَامَةِ يُرَدُّونَ إِلَى أَشَدِّ الْعَذَابِ وَمَا اللَّهُ بِغَافِلٍ عَمَّا تَعْمَلُونَ (85)
“Apakah kamu beriman kepada sebahagian Al Kitab dan ingkar terhadap sebahagian yang lain? Tiadalah balasan bagi orang yang berbuat demikian daripadamu, melainkan kenistaan dalam kehidupan dunia, dan pada hari kiamat mereka dikembalikan kepada siksa yang sangat berat. Allah tidak lengah dari apa yang kamu perbuat” (Qs. Al-Baqarah: 85)
Rasulullah ﷺ telah mencontohkan dalam kehidupannya. Walaupun berat, beliau akan berusaha melaksanakan perintah, dan menjauhi larangan Allah ﷻ. Tanpa tawar menawar. Beliau murka, jika ada orang yang menolak-kompromi dalam syari’at.
Dikisahkan, Quraisy direpotkan oleh seorang perempuan Mukhzumiyah yang mencuri. Orang-orang Quraisy berembuk, “Siapakah yang akan membicarakan masalah perempuan ini kepada Rasulullah ﷺ?
Ada yang berkata “Siapakah yang berani menyampaikan selain Usamah bin Zaid, kesayangan Rasulullah ﷺ.”
Maka Usamah pun membicarakannya kepada Rasulullah. Lalu Rasulullah bersabda, “Apakah kamu mau memintakan syafaat dalam hukum di antara hukum-hukum Allah?”
Kemudian Rasulullah ﷺ berdiri lalu berkhutbah, sabda beliau, “Sesungguhnya yang merusak/membinasakan orang-orang sebelum kalian adalah bahwa mereka dulu apabila orang mulia di antara mereka yang mencuri, maka mereka membiarkanya; tetapi kalau orang lemah di antara mereka yang mencuri maka mereka menegakkan hukum atas orang tersebut. Demi Allah seandainya Fatimah binti Muhammad mencuri, niscaya aku akan memotong tangannya.”
الله أكبر الله أكبر، لا إله إلا الله والله أكبر، الله أكبر ولله الحمد
Jama’ah Ied Adha Yang Dirahmati Allah ﷻ
Ketiga: Keyakinan Yang Teguh Kepada Allah ﷻ. Keyakinan adalah sumber kekuatan. Bahkan kepala seluruh cabang iman. Iman tidak aka nada, tanpa keyakinan. Sebagaimana ibadah, tidak akan dikerjakan dengan baik, tanpa keyakinan.
Al-Yakin, syarat untuk mendapat petunjuk, syarat agar bisa mengambil faedah dari al-Qur’an dan nasehat, syarat sah Islam. Dan al-Yakin adalah sebab utama yg menjadikan musbah di dunia menjadi ringan.
قال الحسن البصري رحمه الله: ((ما طُلبت الجنة إلا باليقين، ولا هرب من النار إلا باليقين، ولا أُديت الفرائض إلا باليقين، ولا صبر على الحق إلا باليقين))
Imam al-Hasan al-Bashri –rahimahullah- berkata, “Surga hanya bisa digapai dengan al-Yakin (keyakinan). Surga bisa dijauhi dengan al-Yakin. Berbagai kewajiban, bisa ditunaikan dengan al-Yakin. Dan mustahil bisa bersabar di atas kebenaran kecuali dengan modal keyakinan yang teguh. ”
Allah ﷻ berfirman:
وَجَعَلْنَا مِنْهُمْ أَئِمَّةً يَهْدُونَ بِأَمْرِنَا لَمَّا صَبَرُوا وَكَانُوا بِآيَاتِنَا يُوقِنُونَ﴾ [السجدة: 24
“Dan Kami jadikan di antara mereka itu pemimpin-pemimpin yang memberi petunjuk dengan perintah Kami ketika mereka sabar. Dan adalah mereka meyakini ayat-ayat Kami.” (Qs. As-Sajadah: 24)
Dalam sebuah Atsar disebutkan;
نَجَا أَوَّلُ هَذِهِ الْأُمَّةِ بِالْيَقِينِ وَالزُّهْدِ , وَيَهْلِكُ آخِرُ هَذِهِ الْأُمَّةِ بِالْبُخْلِ وَالْأَمَلِ
“Generasi pertama dari umat ini selamat –sukses- dengan bermodal keyakinan dan zuhud. Dan kehancuran generasi terakhir dari umat ini, karena bakhil dan angan-angan.”
Mari kita belajar pada keyakinan Ibunda Hajar AS. Yang rela ditinggal oleh Ibrahim AS. Ketika dia tahu bahwa suaminya pergi meninggalkannya untuk dakwah, demi melaksanakan perintah Allah ﷻ. Beliau berujar, “” –Jika demikian, Allah ﷻ Tak Akan Pernah Menyia-nyiakan Kami.- Allah pun mengeluarkan air zam-zam lewat perantaraan beliau.
Keyakinan inilah yang ditanamkan oleh Rasulullah ﷺ kepada para sahabatnya, sehingga mereka menjadi manusia-manusia langit, manusia heroic, dalam berjuang dan bersabar.
Keyakinan apa yang kita butuhkan; kita harus yakin satu-satunya solusi semua problem makhluk adalah Islam. Yakin bahwa hanya dengan melaksanakan perintah Allah ﷻ, dan mejauhi larangannya yang semua itu terangkum dalam al-Qur’an dan as-Sunnah, kita akan sukses. Selamat dunia-akherat.
الله أكبر الله أكبر، لا إله إلا الله والله أكبر، الله أكبر ولله الحمد
Jama’ah Shalat Iedh Yang Berbahagia
Keempat: Berjihad di Jalan Allah ﷻ & Berorientasi Akherat / Zuhud. Jihad dan orientasi akherat, ibarat nyawa dan raga bagi manusia. Raga tak akan bergerak, tak akan ada arti wujudnya, tanpa nyawa.
Pun demikian dengan jihad, ia tak akan terlaksana, kecuali dari jiwa yang berorientasi akherat. Inilah karakter khas Muhammad ﷺ dan Ibrahim AS.
Suatu waktu, Abdullah bin Mas’ud datang menemui Rasulullah ﷺ. Beliau masuk ke kamar Rasulullah ﷺ, beliau sedang tidur-tiduran di atas kasur kasar. Dan kasur itu berbekas pada kulit beliau. Aku pun menangis.
Rasulullah ﷺ berkata, “Wahai Abdullah, apa yang membuatmu menangis.” Aku menjawab, “Wahai Rasulullah, sungguh Kaisar (penguasa Romawi) dan Kisra (penguasa Persia) mereka bertelekan di atas dipan, kasu dan sutera. Sementara Anda tidur di atas tikar yang membekas pada lenganmu.”
Maka Rasulullah ﷺ bersabda, “Jangan menangis wahai Abdullah, sungguh dunia untuk mereka dan akherat untuk kita. Perumpamaan aku dengan dunia seperti penunggang kuda, turun istirahat di bawah teduhan pohon. Sesaat kemudian dia melanjutkan perjalanannya dan meninggalkan pohon tersebut.”
الله أكبر الله أكبر، لا إله إلا الله والله أكبر، الله أكبر ولله الحمد
Ma’asyiral Muslimin wal Muslimat Rahimakumullah
Kelima: Lembut Terhadap Sesama Mukmin. Tegas Terhadap Orang Kafir. Keistimewaan akhlak yang dimiliki oleh Muhammad ﷺ dan Ibrahim AS. Tentang akhlak Rasulullah ﷺ, Allah ﷻ berfirman:
لَقَدْ جَاءَكُمْ رَسُولٌ مِنْ أَنْفُسِكُمْ عَزِيزٌ عَلَيْهِ مَاعَنِتُّمْ حَرِيصٌ عَلَيْكُمْ بِالْمُؤْمِنِينَ رَءُوفٌ رَحِيمٌ (128)
“Sungguh telah datang kepadamu seorang Rasul dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya penderitaanmu, sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, amat belas kasihan lagi penyayang terhadap orang-orang mukmin.” (At-Taubah: 128)
Akhlak yang baik inilah yang menjadi daya tarik seorang muslim. Agar orang-orang di sekitarnya merasakan nyaman atas keberadaannya. Bahkan mendapatkan hidayah karena akhlaknya.
Rasulullah ﷺ menggambarkan penduduk surga dalam sabdanya;
ابن مسعود رضي الله عنه قال: قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: ((ألا أخبركم بمن يحرم على النَّار، وبمن تحرم النَّار عليه؟ على كلِّ هيِّن ليِّن قريب سهل
“Neraka diharamkan bagi setiap orang yang hayyin (tenang & bijak), layyin (lembut & sopan), qarib (dekat dengan siapapun) dan Sahlin (memudahkan urusan orang lain).” (HR. Tirmidzi)
الله أكبر الله أكبر، لا إله إلا الله والله أكبر، الله أكبر ولله الحمد
Ma’asyirol Muslimin Rahimakumullah
Demikianlah khutbah yang kami sampaikan. Semoga kita bisa meneladani sifat-sifat nabi pilihan Allah ﷻ, Muhammad ﷺ dan Ibrahim . Sehingga kita terhindar dari berbagai fitnah. Selamat dunia-akherat.
Marilah di penghujung khuthbah ini, di hari yang mulia ini, kita berdo’a kepada Allah ﷻ. Untuk bangsa kita, negeri kita, agama kita,untuk kita dan kaum muslimin lainnya.
فَيَا أَيُّهَا الْمُسْلِمُوْنَ، إِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ، يَا أَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا.
اَلْحَمْدُ ِللهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ. اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ، وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ، إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ.
اَللَّهُمَّ اقْسِمْ لَنَا مِنْ خَشْيَتِكَ مَا تَحُوْلُ بِهِ بَيْنَنَا وَبَيْنَ مَعَاصِيْكَ، وَمِنْ طَاعَتِكَ مَا تُبَلِّغُنَا بِهِ جَنَّتَكَ، وَمِنْ اليَقِيْنِ مَا تُهَوِّنُ بِهِ عَلَيْنَا مَصَائِبَ الدُّنْيَا،
اَللَّهُمَّ مَتِّعْنَا بِأَسْمَاعِنَا وَأَبْصَارِنَا وَقُوَّتِنَا مَا أَحْيَيْتَنَا، وَاجْعَلْهُ الْوَارِثَ مِنَّا، وَاجْعَلْ ثَأْرَنَا عَلَى مَنْ ظَلَمَنَا، وَانْصُرْنَا عَلَى مَنْ عَادَانَا، وَلاَ تَجْعَلْ مُصِيْبَتَنَا فِيْ دِيْنِنَا، وَلاَ تَجْعَلِ الدُّنْيَا أَكْبَرَ هَمِّنَا، وَلاَ مَبْلَغَ عِلْمِنَا، وَلاَ تُسَلِّطْ عَلَيْنَا مَنْ لاَ يَرْحَمُنَا.
اَللَّهُمَّ أَصْلِحْ لَناَ دِينَناَ الَّذِيْ هُوَ عِصْمَةُ أَمْرِناَ وَأَصْلِحْ لنَاَ دُنْيَاناَ الَّتِيْ فِيْهَا مَعَاشُناَ وَأَصْلِحْ لَناَ آخِرَتَناَ الَّتِيْ فِيْهَا مَعَادُناَ وَاجْعَلِ الْحَيَاةَ زِيَادَةً لَناَ فِيْ كُلِّ خَيْرٍ وَاجْعَلِ الْمَوْتَ رَاحَةً لُناَ مِنْ كُلَّ شَرٍّ.
اللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ مِن الخَيْرِ كُلِّهِ عَاجِلِهِ وَآجِلِهِ مَا عَلِمْناَ مِنْهُ وَمَا لَمْ نَعْلَمْ، وَنَعُوْذُ بِكَ مِنَ الشَّرِّ كُلِّهِ عَاجِلِهِ وَآجِلِهِ مَا عَلِمْناَ مِنْهُ وَمَا لَمْ أَعْلَمْ.
اللَّهُمَّ إِنّاَ أَسْأَلُكَ مِنْ خَيْرِ مَا سَأَلَكَ عَبْدُكَ وَنَبِيُّكَ. وَنَعُوْذُ بِكَ مِنْ شَرِّ مَا عَاذَ بِهِ عَبْدُكَ وَنَبِيُّكَ.
اللَّهُمَّ إِنّاَ نَسْأَلُكَ الجَنَّةَ وَمَا قَرَّبَ إِلَيْهَا مِنْ قَوْلٍ أَوْ عَمَلٍ وَنَعُوْذُ بِكَ مِنَ النَّارِ وَمَا قَرَّبَ إِلَيْهَا مِنْ قَوْلٍ أَوْ عَمَلٍ. وَنَسْأَلُكَ أَنْ تَجْعَلَ كُلَّ قَضَاءٍ قَضَيْتَهُ لِناَ خَيْرًا.
اللهُ اَكْبَرُ اللهُ اَكْبْرُ اَللهُ اَكْبَرُ لَا اِلَهَ اِلَّا اللهَ وَاللهُ اَكْبَرُ اَللهُ اَكْبَرُ وَلِلَّهِ الْحَمْدُ
وَصَلَّ اللهم عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ، وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ.