Ukhuwah Islamiyah, Kunci Kekuatan Ummat
Andalus.or.id – Bani Utsmani, sebuah keluarga yang terjajah, terusir dari kampung halamannya. Nomaden, berpindah dari satu tempat ke tampat lain, demi menyelamatkan anak keturunan dari buruan musuh-musuh mereka. Terutama bangsa Mongol, Tartar. Bani ini tidak memiliki Negara tetap. Sebab tempat kelahiran mereka telah diporak porandakan oleh Bangsa Mongolia, anak keuturunan Jenghis Khan.
Tapi siapa yang menyangka, beberapa tahun kemudian, Bani Utsmani ini menjadi klan paling berpengaruh dalam pentas sejarah. Bani ini, beberapa tahun kemudian, mampu menguasai hampir separuh dunia kala itu. Itulah nenek moyang Kekhilafahan Turki Utsmaniyah.
Rahasia keberhasilannya?. Syaikh Prof. DR. Ali Ash-Sholbiy, pakar sejarah dari Syam menjelaskan, bahwa rahasia kebangkitan bangsa utsmaniyah adalah pada ukhuwah islamiyah. Mereka membangun komunikasi yang baik dengan sesama muslim.
“Tatkala Ertugrul (ayah Otsman –pendiri Daulah Utsmaniyah-) “melarikan diri dengan keluarganya yang tidak lebih dari seratus, dari serangan orang-orang Mongolia, tiba-tiba ia menyaksikan pertempuran antara muslimin dan pasukan Kristen.”
“Muslimin terdesak.” lanjut Ash-Sholabiy, “Melihat itu, Ertugrul terdorong untuk menolong saudara-saudara musliminnya –yang baru ia kenal ini-. Bantuan ini menyebabkan kemenangan di pihak muslimin atas orang-orang Kristen.” (Bangkit & Runtuhnya Khilafah Utsmaniyah, hlm. 41-42)
Inilah awal Bani Utsmani, mendapat penghargaan dari penguasa. Atas bantuan ini mereka diberi sebuah wilayah untuk dikelola dengan bebas. Mereka juga diberi kebebasan untuk membentuk sekutu baru dan berjihad melawan romawi.
Iman yang tertanam dalam saubari Bani Utsmani menggugah mereka untuk membantu saudara seimannya yang tertindas, walau mereka tidak memiliki nasab, bahkan sebelumnya tidak mengenal mereka sama sekali. Inilah yang disebut ukhuwah islamiyah. Ia melahirkan kekuatan untuk bersatu, dan mewujudkan kemenangan gemilang. Puncaknya, Bani Utsmani, berhasil mendirikan sebuah kekhilafahan yang maha dahsyat, Turki Utsmaniyah.
Inspirasi Kekuatan Ummat
Daya tarik ukhuwah islamiyah inilah yang terpancar dari para pendiri Turki Utsmaniyah, seperti Sultan Utsman. Hal ini menyebabkan banyak jama’ah-jama’ah Islam meleburkan diri dalam pemerintahan Utsmaniy. Misalnya, jama’ah ‘Ghuzya Ruum’ (Pasukan Penyerbu Romawi), dan kelompok al-Ikhwan.
Dua jama’ah ini memiliki karakter yang berbeda. Ghuzya Ruum dikenal agamis nan jihadis, selalu berjaga-jaga di medan ribath, setiap ada pertempuran, di situ mereka berada. Sedangkan al-ikhwan, gerakan pelayanan dakwah dan sosial, yang sering mengiringi pasukan muslimin. Keduanya menyatu dalam dekapan ukhuwah islamiyah yang ditebar oleh Sultan Utsman.
Dari sini Syaikh Prof. DR. Ali Ash-Sholabiy menyimpulkan, bahwa faktor utama kebangkitan dan keruntuhan Daulah Utsmaniyah adalah ukhuwah islamiyah, atau lebih akrab disebut alwala’ wal baro’. Menurutnya, di awal-awal pemerintahan Daulah Utsmaniyah sangat memperhatikan ukhuwah islamiyah, yaitu semua dibangun atas dasar Islam; peperangan, permusuhan, pertemanan, perdamaian, dan kebijakan-kebijakan kekhilafahan dibangun atas pertimbangan alwala’ wal baro’.
Ini mempengaruhi masyarakat Islam kala itu. Ukhuwah islamiyah menggelora dalam dada dan kokoh dalam pikiran mereka. Muslimin Afrika Utara, misalnya, lebih mencintai saudara mereka di Syam, dan membenci tetangganya yang beragama Kristen.
Tatkala Mesir dijajah Perancis tahun 1212 H, maka muslimin dari berbagai tempat. Seperti di Hijaz (Saudi) dan Libya berbondong-bondong membantu saudara-saudara mereka di Mesir. Mereka mengeluarkan hartanya, ada juga datang berjihad melawan penjajah kala itu.
Maha Benar Allah yang berfirman;
وَأَطِيعُوا اللَّهَ وَرَسُولَهُ وَلَا تَنَازَعُوا فَتَفْشَلُوا وَتَذْهَبَ رِيحُكُمْ وَاصْبِرُوا إِنَّ اللَّهَ مَعَ الصَّابِرِينَ
“Dan taatlah kepada Allah dan Rasul-Nya dan janganlah kamu berbantah-bantahan, yang menyebabkan kamu menjadi gentar –pecah belah-, dan hilang kekuatanmu. Dan bersabarlah. Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar.” (QS. Al-Anfal: 46)
Ukhuwah Menuntut Loyalitas
Salah satu tuntutan ukhuwah islamiyah adalah memberikan pembelaan terhadap saudara muslim. Allah SWT berfirman;
وَإِنِ اسْتَنْصَرُوكُمْ فِي الدِّينِ فَعَلَيْكُمُ النَّصْرُ
“(Akan tetapi) jika mereka meminta pertolongan kepadamu dalam (urusan pembelaan) agama, maka kamu wajib memberikan pertolongan” (Qs. Al-Anfal: 72)
Ibnu Katsir Rahimahullah berkata, “Jika orang-orang Arab Badui yang belum berhijroh itu meminta bantuan kepada kalian untuk membela agama yang dihinakan oleh musuh, maka tolonglah mereka. Sesungguhnya membantu mereka adalah kewajiban bagi kalian. Sebab mereka adalah saudara seakidah-seagama denganmu. Pernyataan ini diriwayatkan dari Abdullah bin Abbas Radhiyallahu anhu.”
الْمُسْلِمُ أَخُو الْمُسْلِمِ لَا يَظْلِمُهُ وَلَا يُسْلِمُهُ وَمَنْ كَانَ فِي حَاجَةِ أَخِيهِ كَانَ اللَّهُ فِي حَاجَتِهِ وَمَنْ فَرَّجَ عَنْ مُسْلِمٍ كُرْبَةً فَرَّجَ اللَّهُ عَنْهُ كُرْبَةً مِنْ كُرُبَاتِ يَوْمِ الْقِيَامَةِ وَمَنْ سَتَرَ مُسْلِمًا سَتَرَهُ اللَّهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ
“Seorang muslim adalah saudara bagi muslim lainnya. Dia tidak boleh mendzaliminya dan menyerahkannya kepada musuh. Dan siapa yang berusaha memenuhi kebutuhan saudaranya maka Allah akan memenuhi kebutuhannya. Siapa yang menghilangkan kesusahan seorang muslim, maka Allah akan menghilangkan darinya kesusahan pada hari kiamat. Barangsiapa menutupi aib seorang muslim, maka Allah akan menutup aibnya pada hair kiamat.” (HR. Muttafaq ‘alaih)
Makna وَلَا يُسْلِمُهُ adalah tidak membiarkannya bersama orang yang menyakitinya dan dalam penderitaannya, tetapi akan menolong dan membelanya.
Sedangkan makna وَمَنْ سَتَرَ مُسْلِمًا adalah jika melihatnya berbuat buruk tidak lantas disebarkan di tengah-tengah manusia. Hal ini tidak menafikan inkarul munkar (mengingkari kemungkaran) antara dirinya dan saudaranya. Menutupi aib terletak pada kemaksiatan yang telah dilakukannya. Sedangkan inkarul munkar letaknya pada kemaksiatan yang menjadi pekerjaannya. Mengingkari kemungkarannya adalah wajib dan kalau tidak bisa maka ia melaporkannya kepada hakim.
Darah seorang muslim itu satu, pun kehormatan dan harta antar mereka satu kesatuan. Tidak terpisah. Jika ada darah seorang muslim tertumpah, maka darah itu adalah darah umat Islam lainnya. Jika kehormatan seorang muslim ternodai, maka seluruh muslimin juga merasakan kehormatannya ternodai.
Rasulullah ﷺ bersabda,
الْمُسْلِمُونَ تَتَكَافَأُ دِمَاؤُهُمْ يَسْعَى بِذِمَّتِهِمْ أَدْنَاهُمْ وَيُجِيرُ عَلَيْهِمْ أَقْصَاهُمْ وَهُمْ يَدٌ عَلَى مَنْ سِوَاهُمْ يَرُدُّ مُشِدُّهُمْ عَلَى مُضْعِفِهِمْ وَمُسْرِعُهُمْ عَلَى قَاعِدِهِمْ
“Darah kaum muslimin itu sederajat, yang terbawah mereka berusaha menjaga dzimmah (perjanjian) mereka dan yang teratas mereka memberi perlindungan. Mereka adalah penolonga bagi selain mereka. Yang kuat membantu yang lemah, yang cepat menggandeng yang lambat.” (HR. Abu Dâud dan Ibnu Mâjah)
Dalam riwayat lain Rasulullah ﷺ bersabda;
مَثَلُ المُؤْمِنينَ في تَوَادِّهِمْ وتَرَاحُمهمْ وَتَعَاطُفِهمْ ، مَثَلُ الجَسَدِ إِذَا اشْتَكَى مِنْهُ عُضْوٌ تَدَاعَى لَهُ سَائِرُ الجَسَدِ بِالسَّهَرِ والحُمَّى
“Perumpamaan kaum mukmin dalam sikap saling mencintai, mengasihi dan menyayangi, seumpama tubuh, jika satu anggota tubuh sakit, maka anggota tubuh yang lain akan susah tidur atau merasakan demam.” [HR. Muslim]
Walhasil, tiada kekuatan tanpa ukhuwah islamiyah, dan tiada ada ukhuwah tanpa memberikan loyalitas terhadap sesama muslim.* (Akrom Syahid).