Ujian Akhir Zaman Bagi Orang-Orang Beriman
Andalus.or.id – Cobaan atau tribulasi ujian merupakan sunatullah bagi umat Islam secara umum. Ujiannya berbanding lurus dengan level keimanannya.
اَمْ حَسِبْتُمْ اَنْ تَدْخُلُوا الْجَنَّةَ وَلَمَّا يَأْتِكُمْ مَّثَلُ الَّذِيْنَ خَلَوْا مِنْ قَبْلِكُمْ ۗ مَسَّتْهُمُ الْبَأْسَاۤءُ وَالضَّرَّاۤءُ وَزُلْزِلُوْا حَتّٰى يَقُوْلَ الرَّسُوْلُ وَالَّذِيْنَ اٰمَنُوْا مَعَهٗ مَتٰى نَصْرُ اللّٰهِ ۗ اَلَآ اِنَّ نَصْرَ اللّٰهِ قَرِيْبٌ
“Ataukah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum datang kepadamu (cobaan) seperti (yang dialami) orang-orang terdahulu sebelum kamu. Mereka ditimpa kemelaratan, penderitaan dan diguncang (dengan berbagai cobaan), sehingga Rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya berkata, “Kapankah datang pertolongan Allah?” Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu dekat” (QS. Al-Baqarah:214)
Begitu pula bagi pengusung kejayaan panji-panji agama nan mulia di akhir zaman ini.
Allah ta’ala telah menyonsongkan ujian special bagi mereka. Mereka diuji dengan intimidasi, ancaman penjara, penyiksaan, pengusiran bahkan pembunuhan.
Allah telah mentaqdirkan seperti itu sebagaimana yang tertera dalam kitab-Nya nan mulia.
اَمْ حَسِبْتُمْ اَنْ تَدْخُلُوا الْجَنَّةَ وَلَمَّا يَعْلَمِ اللّٰهُ الَّذِيْنَ جَاهَدُوْا مِنْكُمْ وَيَعْلَمَ الصّٰبِرِيْنَ
“Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum nyata bagi Allah orang-orang yang berjihad di antara kamu, dan belum nyata orang-orang yang sabar.” (QS Ali Imran: 142)
Sungguh, jika seorang muslim atau jama’ah mengalami tribulasi ujian ini. maka, yakinlah Allah sedang memuliakannya. Allah mencintainya dengan mengujinya agar bertambah imannya sekaligus meninggikan derajatnya. Dan itu sebuah kepastian yang nyata.
وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ بِشَيْءٍ مِّنَ الْخَوْفِ وَالْجُوْعِ وَنَقْصٍ مِّنَ الْاَمْوَالِ وَالثَّمَرٰتِۗ وَبَشِّرِ الصّٰبِرِيْنَ
“Dan Kami pasti akan menguji kamu dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Dan sampaikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang sabar.” (QS. Al Baqarah:155).
Baca Juga: Mengejutkan, Ust Farid Okbah ditangkap Densus 88
Bagi yang istiqamah dalam ujian tersebut terbagilah 2 golongan saja. Sebagai bentuk pemuliaan. Alqur’an telah menjelaskannya.
مِنَ الْمُؤْمِنِيْنَ رِجَالٌ صَدَقُوْا مَا عَاهَدُوا اللّٰهَ عَلَيْهِ ۚ فَمِنْهُمْ مَّنْ قَضٰى نَحْبَهٗۙ وَمِنْهُمْ مَّنْ يَّنْتَظِرُ ۖوَمَا بَدَّلُوْا تَبْدِيْلًاۙ
“Di antara orang-orang mukmin itu ada orang-orang yang menepati apa yang telah mereka janjikan kepada Allah. Dan di antara mereka ada yang gugur, dan di antara mereka ada (pula) yang menunggu-nunggu dan mereka sedikit pun tidak mengubah (janjinya)” (QS Al Ahzab: 23).
Allah tidak menyertakan mereka yang menyerah pada musuh apalagi bagi mereka yang bekerjasama dengan musuh. Sebagai bentuk penghinaan bagi mereka yang menjadi kaki tangan musuh.
Lantas bagaimana caranya agar kita tetap tsiqah dengan iman kita. Tetap tegar dan tegak isitqamah dengan jalan iqamatudin ini?
Selalu Optimis
Bahwa tribulasi adalah cobaan yang biasa dan lumrah. sebagaimana kejayaan dan keruntuhan bangsa-bangsa yang Allah pergilirkan masanya.
وَتِلْكَ الْاَيَّامُ نُدَاوِلُهَا بَيْنَ النَّاسِۚ وَلِيَعْلَمَ اللّٰهُ الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَيَتَّخِذَ مِنْكُمْ شُهَدَاۤءَ ۗوَاللّٰهُ لَا يُحِبُّ الظّٰلِمِيْنَۙ
“Kami pergilirkan di antara manusia (agar mereka mendapat pelajaran), dan agar Allah membedakan orang-orang yang beriman (dengan orang-orang kafir) dan agar sebagian kamu dijadikan-Nya (gugur sebagai) syuhada. Dan Allah tidak menyukai orang-orang zalim,” (Q.S. Ali ‘Imran: 140)
Yang terpenting kita teguh dengan iman kita. Dan selalu membersamai orang-orang yang bertaqwa dengan istiqamah berbuat kebajikan demi kemenangan Dien ini.
Allah Ta’ala berfirman,
إِنَّ اللَّهَ مَعَ الَّذِينَ اتَّقَوْا وَالَّذِينَ هُمْ مُحْسِنُونَ
“Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang bertakwa dan orang-orang yang berbuat kebaikan (ihsan).” (QS. An-Nahl: 128)
Dalam Tafsir As-Sa’di (hlm. 475) disebutkan, “Allah bersama orang-orang yang bertakwa lagi muhsin. Allah memberikan pertolongan, taufik, dan petunjuk. Merekalah orang-orang yang menjauhi kekafiran dan maksiat. Merekalah orang-orang yang berbuat ihsan (baik) dalam beribadah kepada Allah. Bentuk berbuat ihsan dalam ibadah adalah menyembah Allah seakan-akan melihat-Nya. Jika tidak bisa melihat-Nya, ingatlah bahwa Allah pasti melihat mereka. Sedangkan berbuat ihsan kepada makhluk adalah memberikan manfaat apa pun pada mereka. Kami memohon kepada Allah agar kita semua menjadi orang bertakwa dan muhsin.”
Jangan Kendor dan Inferior
Wallahi! Kemuliaan itu ada pada keimanan. Bukan pada mereka yang berkuasa dan punya tentara lengkap bersenjata tapi tidak beriman kepada-Nya.
وَلَا تَهِنُوْا وَلَا تَحْزَنُوْا وَاَنْتُمُ الْاَعْلَوْنَ اِنْ كُنْتُمْ مُّؤْمِنِيْنَ
“ Dan janganlah kamu (merasa) lemah, dan jangan (pula) bersedih hati, sebab kamu paling tinggi (derajatnya), jika kamu orang beriman” (QS. Ali Imran 139)
Nabi mengajarkan kalau boleh meminta mintalah surge yang paling tinggi dan mulia. Surga tersebut diperuntukkan bagi mereka yang beristiqamah.
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
فَإِذَا سَأَلْتُمُ اللَّهَ فَسَلُوهُ الفِرْدَوْسَ، فَإِنَّهُ أَوْسَطُ الجَنَّةِ، وَأَعْلَى الجَنَّةِ، وَفَوْقَهُ عَرْشُ الرَّحْمَنِ، وَمِنْهُ تَفَجَّرُ أَنْهَارُ الجَنَّةِ
“Jika kalian meminta sesuatu kepada Allah, mintalah (surga) Firdaus. Karena surga Firdaus adalah surga yang paling tengah dan paling tinggi. Di atasnya adalah ‘Arsy (milik) Ar-Rahman, darinya mengalirlah sungai-sungai surga.” (HR. Bukhari no. 7423)
Baca Juga: Waketum MUI: Ust Farid Orang Baik, Kenapa Harus Ditangkap?
Yakin dengan Janji-janji-Nya
Siapakah yang paling menetapi janji-janjinya? Pasti Allah Ta’ala.
وَلَقَدْ كَتَبْنَا فِى الزَّبُوْرِ مِنْۢ بَعْدِ الذِّكْرِ اَنَّ الْاَرْضَ يَرِثُهَا عِبَادِيَ الصّٰلِحُوْنَ
“Dan sungguh, telah Kami tulis di dalam Zabur setelah (tertulis) di dalam Az-Zikr (Lauh Mahfuzh), bahwa bumi ini akan diwarisi oleh hamba-hamba-Ku yang saleh.” (QS. Al Anbiya 105)
وَجَعَلْنَا مِنْهُمْ اَىِٕمَّةً يَّهْدُوْنَ بِاَمْرِنَا لَمَّا صَبَرُوْاۗ وَكَانُوْا بِاٰيٰتِنَا يُوْقِنُوْنَ
“Dan Kami jadikan di antara mereka itu pemimpin-pemimpin yang memberi petunjuk dengan perintah Kami selama mereka sabar. Mereka meyakini ayat-ayat Kami.” (QS. As Sajadah 24)
وَعَدَ اللّٰهُ الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا مِنْكُمْ وَعَمِلُوا الصّٰلِحٰتِ لَيَسْتَخْلِفَنَّهُمْ فِى الْاَرْضِ كَمَا اسْتَخْلَفَ الَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِهِمْۖ وَلَيُمَكِّنَنَّ لَهُمْ دِيْنَهُمُ الَّذِى ارْتَضٰى لَهُمْ وَلَيُبَدِّلَنَّهُمْ مِّنْۢ بَعْدِ خَوْفِهِمْ اَمْنًاۗ يَعْبُدُوْنَنِيْ لَا يُشْرِكُوْنَ بِيْ شَيْـًٔاۗ وَمَنْ كَفَرَ بَعْدَ ذٰلِكَ فَاُولٰۤىِٕكَ هُمُ الْفٰسِقُوْنَ
“Allah telah menjanjikan kepada orang-orang di antara kamu yang beriman dan yang mengerjakan kebajikan, bahwa Dia sungguh, akan menjadikan mereka berkuasa di bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh, Dia akan meneguhkan bagi mereka dengan agama yang telah Dia ridai. Dan Dia benar-benar mengubah (keadaan) mereka, setelah berada dalam ketakutan menjadi aman sentosa. Mereka (tetap) menyembah-Ku dengan tidak mempersekutukan-Ku dengan sesuatu apa pun. Tetapi barangsiapa (tetap) kafir setelah (janji) itu, maka mereka itulah orang-orang yang fasik” (QS .An-nur: 55)
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam mengabarkan bahwa Islam itu nanti di akhir zaman akan sampai ke tempat-tempat yang sampai padanya siang dan malam. Kata Rasulullah:
لَيَبْلُغَنَّ هَذَا الْأَمْرُ مَا بَلَغَ اللَّيْلُ وَالنَّهَارُ
“Agama ini akan menyebar sejauh jarak yang dicapai malam dan siang” (HR. Ahmad)
Istiqamalah! Niscaya Allah akan penuhi janji-Nya.
Mengamalkan Ibadah Harian
Lazimilah amalan-amalan harian berikut ini: melakukan puasa-puasa sunah, shalat sunah rawatib, tahajud, dzikir pagi dan sore, mencari rezeki yang halal, selalu membaca Alqur’an. bermuamalah sosial bersama warga, meninggalkan nafsu amarah, dan tidak cinta dunia.
Point kata-kata di atas bukanlah mufradat atau kosa kata mati tanpa makna. Haruslah di amalkan. Hanya dengan modal amalan itulah Allah istqamahkan kita dalam memikul dien-Nya.
Tambahan amalan-amalan hati yang tak kalah pentingnya adalah: Ikhlas, sabar, wara’, syuku, tawakal, ridha, ma’rifah, dan mahabbah. Inilah kekuatan ruhiyah yang luar biasa. Didadanya Allah berikan surga dunia. Sebelum jannah pasca kematian menjemputnya penuh suka cita.
Bertekad Selalu Untuk Syahid
Para syuhada itu menikmati pemberian-pemberian Allah, mereka ingin mati syahid berulang kali. Hal ini dijelaskan dalam sabda Rasulullah:
مَا مِنْ نَفْسٍ تَمُوْتُ لَهَا عِنْدَ اللهِ خَيْرٌ يَسُرُّهَا اَنْ تُرْجَعَ اِلَى الدُّنْيَا اِلاَّ الشَّهِيْدُ فَاِنَّهُ يَسُرُّهُ اَنْ يُرْجَعَ اِلَى الدُّنْيَا فَيُقْتَلَ مَرَّةً اُخْرَى مِمَّا يَرَى مِنْ فَضْلِ الشَّهَادَةِ (رواه مسلم(
“Tidak ada seorang yang telah mati dan memperoleh kenikmatan di sisi Allah, kemudian ingin kembali ke dunia kecuali orang yang mati syahid. Ia ingin dikembalikan ke dunia, kemudian mati syahid lagi. Hal itu karena besarnya keutamaan mati syahid.” (HR. Muslim)
Nabi Muhammad Saw memiliki keinginan khusus untuk menemui kematian dengan cara yang istimewa, yaitu mati syahid di jalan Allah Ta’ala . Beliau sebenarnya sangat berambisi untuk menemui ajalnya dengan cara dibunuh oleh musuh-musuh Allah Ta’ala.
وَلَوْلَا أَنْ أَشُقَّ عَلَى أُمَّتِي مَا قَعَدْتُ خَلْفَ سَرِيَّةٍ وَلَوَدِدْتُ أَنِّي أُقْتَلُ فِي سَبِيلِ اللَّهِ ثُمَّ أُحْيَا ثُمَّ أُقْتَلُ ثُمَّ أُحْيَا ثُمَّ أُقْتَلُ
“Tentu aku ingin sekali bila aku terbunuh di jalan Allah lalu aku dihidupkan lagi kemudian terbunuh lagi lalu aku dihidupkan kembali kemudian terbunuh lagi”.
Subhanallah…! Bayangkan, Nabi Muhammad jelas-jelas berkeinginan sekali untuk terbunuh di jalan Allah .
Sungguh aneh jika ada mengaku umatnya malah menghindarinya disaat syahadah di depan matanya (saat tribulasi ini)
مَا مِنْ نَفْسٍ تَمُوْتُ لَهَا عِنْدَ اللهِ خَيْرٌ يَسُرُّهَا اَنْ تُرْجَعَ اِلَى الدُّنْيَا اِلاَّ الشَّهِيْدُ فَاِنَّهُ يَسُرُّهُ اَنْ يُرْجَعَ اِلَى الدُّنْيَا فَيُقْتَلَ مَرَّةً اُخْرَى مِمَّا يَرَى مِنْ فَضْلِ الشَّهَادَةِ (رواه مسلم (
“Tidak ada seorang yang telah mati dan memperoleh kenikmatan di sisi Allah, kemudian ingin kembali ke dunia kecuali orang yang mati syahid. Ia ingin dikembalikan ke dunia, kemudian mati syahid lagi. Hal itu karena besarnya keutamaan mati syahid..” (HR. Muslim)
قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لِلشَّهِيدِ عِنْدَ اللَّهِ سِتُّ خِصَالٍ يُغْفَرُ لَهُ فِي أَوَّلِ دَفْعَةٍ وَيَرَى مَقْعَدَهُ مِنْ الْجَنَّةِ وَيُجَارُ مِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ وَيَأْمَنُ مِنْ الْفَزَعِ الْأَكْبَرِ وَيُوضَعُ عَلَى رَأْسِهِ تَاجُ الْوَقَارِ الْيَاقُوتَةُ مِنْهَا خَيْرٌ مِنْ الدُّنْيَا وَمَا فِيهَا وَيُزَوَّجُ اثْنَتَيْنِ وَسَبْعِينَ زَوْجَةً مِنْ الْحُورِ الْعِينِ وَيُشَفَّعُ فِي سَبْعِينَ مِنْ أَقَارِبِهِ (رواه الترمذي وابن ماجه)
“Orang yang mati syahid di sisi Allah mempunyai enam keutamaan; dosanya akan diampuni sejak awal kematiannya, diperlihatkan tempat duduknya di surga, dijaga dari siksa kubur, diberi keamanan dari ketakutan yang besar saat dibangkitkan dari kubur, diberi mahkota kemuliaan yang satu permata darinya lebih baik dari dunia seisinya, dinikahkan dengan tujuh puluh dua bidadari dan diberi hak untuk memberi syafaat kepada tujuh puluh orang dari keluarganya” (HR. At-Tirmidzi dan Ibnu Majah)
Demikianlah semestinya. Karena jihad adalah ciri umum dari orang-orang beriman.
اِنَّمَا الْمُؤْمِنُوْنَ الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا بِاللّٰهِ وَرَسُوْلِهٖ ثُمَّ لَمْ يَرْتَابُوْا وَجَاهَدُوْا بِاَمْوَالِهِمْ وَاَنْفُسِهِمْ فِيْ سَبِيْلِ اللّٰهِ ۗ اُولٰۤىِٕكَ هُمُ الصّٰدِقُوْنَ
“Sesungguhnya orang-orang yang beriman hanyalah orang-orang yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya kemudian mereka tidak ragu-ragu dan mereka berjihad dengan harta dan jiwa mereka pada jalan Allah, mereka itulah orang-orang yang benar.” (QS: Al-Hujurat 49:15)
Welcome Generation Of Ribbiyun
Jihad adalah tabiat dien ini, diennya para Nabi terdahulu sampai diennya Muhammad. Allah kembali menegaskan.
وَكَأَيِّنْ مِنْنَبِيٍّقَاتَلَمَعَهُرِبِّيُّونَكَثِيرٌفَمَاوَهَنُوالِمَاأَصَابَهُمْفِيسَبِيلِاللَّهِوَمَاضَعُفُواوَمَااسْتَكَانُواوَاللَّهُيُحِبُّالصَّابِرِينَ
“Dan betapa banyak Nabi yang berperang bersamanya ‘ribbiyyun’ yang banyak. Maka mereka tidak merasa lemah semangat terhadap apa yang menimpa mereka di jalan Allah, mereka tidak lemah jasad dan mereka tidak tunduk (pada musuh). Dan Allah mencintai orang-orang yang sabar.” (QS Ali Imran: 146)
Mustahil dia akan tunduk pada musuh, karena Allah telah mengamanahkan untuk mengalahkan musuh itu atau mati terbunuh. Mengalah pada musuh adalah sebuah pengkhianatan besar, Allah sangat murka kepadanya. Sanggupkah kita berdiri mempertanggungjawabkannya di yaumil hisab?
Terakhir mari kita berdo’a:
رَبَّنَا لَاتُؤَاخِذْنَآاِنْنَّسِيْنَآاَوْاَخْطَأْنَاۚرَبَّنَاوَلَاتَحْمِلْعَلَيْنَآاِصْرًاكَمَاحَمَلْتَهٗعَلَىالَّذِيْنَمِنْقَبْلِنَاۚرَبَّنَاوَلَاتُحَمِّلْنَامَالَاطَاقَةَلَنَابِهٖۚوَاعْفُعَنَّاۗوَاغْفِرْلَنَاۗوَارْحَمْنَاۗاَنْتَمَوْلٰىنَافَانْصُرْنَاعَلَىالْقَوْمِالْكٰفِرِيْنَ
“Ya Tuhan kami, janganlah Engkau hukum kami jika kami lupa atau kami melakukan kesalahan. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau bebani kami dengan beban yang berat sebagaimana Engkau bebankan kepada orang-orang sebelum kami. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau pikulkan kepada kami apa yang tidak sanggup kami memikulnya. Maafkanlah kami, ampunilah kami, dan rahmatilah kami. Engkaulah pelindung kami, maka tolonglah kami menghadapi orang-orang kafir.” (QS Al Baqarah: 286)
Wallahu ‘alam bi shawab
Penulis : Abu Aliya