Tiga Rahasia Terkabulnya Do’a

Andalus.or.id -Suatu saat, dalam perjalanan dakwah menuju sebuah provinsi ujung selatan pulau Sumatera, kami terlibat obrolan dan diskusi ringan dengan beberapa aktifis dakwah di daerah tersebut.
“Dalam sebuah pelatihan motivasi, saya menceritakan goal setting di hadapan peserta. Baik dalam masalah ruhiyah, seperti membaca Al-Qur’an satu juz dalam sehari dan tahajjud tiap malam. Saya juga mendoakan peningkatan ekonomi.” ungkap salah satu aktifis dakwah dari kota Pekanbaru.
Ia juga menulis harapan-harapan yang sifatnya finansial. “Saya meminta agar Allah menganugerahkan kepada saya mobil, rumah dan sejenisnya. Semua itu saya niatkan sebagai penunjang dakwah. Sebab jarak tempuh daerah yang harus dijelajahi untuk berdakwah di Sumatera sangat jauh.” kisahnya. “Tidak lupa saya meminta membuat goal setting terkait keluarga.” Tambahnya.
“Semua keinginan saya tadi saya bacakan di hadapan peserta seminar. Mereka pun mengamininya. Saat itu saya terharu, dan tertantang untuk membuktikan obsesi-obsesi saya tersebut.” kenang alumni salah satu pondok pesantren di Boyolali ini.
Untuk membuktikan keseriusannya dalam mewujudkan sekian obsesi itu, di sela-sela kesibukannya berdakwah dan melayani umat, ia semakin giat berkerja. Dan yang paling sering beliau kerjakan adalah berdoa kepada Allah Ta’ala.
“Saat berdoa, saya tumpahkan semua perasaan saya kepada Allah Ta’ala. Saya sebutkan rincian-rincian yang saya minta, dan alasan saya meminta hal tersebut. Tidak lupa saya mengawali doa dengan memuji Allah, dan bershalawat kepada Nabi-Nya.” tutur ustadz yang pernah menjadi marbot masjid ini.
Apa yang terjadi, “Beberapa waktu kemudian, saya mendapatkan keajaiban-keajaiban yang sungguh menyenangkan. Saya cek list goal setting yang pernah saya tulis, dan saya bacakan dihadapan para peserta, diamini oleh mereka, ternyata hampir 90% obsesi-obsesi tersebut telah terwujud. Alhamdulillah!” kisah Ustadz yang mulai merambah dakwah mancanegara ini.
Baca Juga: Hati-Hati dengan Hati
Malam semakin larut, sebagian ikhwah yang hadir ikut menyumbangkan kisah keajaiban-keajaiban doa yang mereka rasakan sendiri, atau yang dirasakan oleh orang lain. Kisah-kisahnya tidak kalah menarik. Hanya saja, keterbatasan lembar Oase Imani ini, tidak memungkinkan merangkum semua kisah tersebut. Setelah ‘ritual’ lepas kangen dan berbagi kisah ini dirasa cukup, masing-masing undur diri untuk istirahat malam.
Bersungguh-Sungguhlah Dalam Berdoa
Semua manusia memiliki obsesi, keinginan dan harapan-harapan. Baik yang bersifat duniawi, lebih-lebih yang terkait akhirat. Kita sering berdoa agar semua keinginan tersebut diwujudkan oleh Allah Yang Maha Kuasa.
Namun seringkali, doa-doa yang dipanjatkan belum terlihat hasilnya. Kondisi ibadah masih carut-marut, saat shalat hati masih terbang ke alam lain serta sering lalai dari mengingat Allah Ta’ala. Padahal sudah tak terhitung kita meminta kepada-Nya agar dikarunia hati yang khusyu’.
Hutang menumpuk, keinginan untuk menabung agar bisa membangun rumah, membeli kendaraan yang layak, atau agar bisa menyekolahkan anak ke lembaga pendidikan bermutu tinggal harapan. Jangankan untuk menabung, mencukupi kebutuhan harian saja terkadang tidak cukup. Padahal sudah seringkali kita berucap:
اللَّهُمَّ اكْفِنِي بِحَلَالِكَ عَنْ حَرَامِكَ، وَأَغْنِنِي بِفَضْلِكَ عَمَّنْ سِوَاكَ
“Ya Allah, cukupilah aku dengan rezki halal-Mu dan jauhkan aku dari hal-hal yang Engkau haramkan. Dan kayakan diriku dengan karunaia-Mu, tanpa membutuhkan selain dari-Mu.” (HR. Ahmad).
Dari sharing pengalaman spiritual yang dirasakan oleh para aktifis dakwah, setidaknya ada tiga hal yang menjadi kunci doa agar terkabul. Tentu kunci-kunci doa mustajab itu banyak, tetapi ketiga hal yang saya dapatkan seringkali terabaikan, padahal ketiganya sangat mempengaruhi doa:
Pertama: Optimisme
Allah mampu untuk berbuat apapun, yakinlah bahwa Allah mendengarkan doamu. Yakinlah, Allah Ta’ala pasti akan mengabulkan permintaanmu.
Acapkali seseorang berdoa dengan ragu-ragu. Ia bukan meragukan Allah mampu memenuhi keinginannya, namun meragukan dirinya; apakah ia layak mendapatkan apa yang ia minta, berkenankah Allah mengabulkan permohonannya yang beraneka ragam, apakah dan apakah…
Padahal Rasulullah Shallahu ‘alahi wassalam bersabda:
ادْعُوا اللهَ وَأَنْتُمْ مُوقِنُونَ بِالإِجَابَةِ، وَاعْلَمُوا أَنَّ اللهَ لَا يَسْتَجِيبُ دُعَاءً مِنْ قَلْبٍ غَافِلٍ لَاهٍ
“Berdoalah kepada Allah dengan keyakinan bahwa Allah Ta’ala akan meng–ijabah (mengabulkan doa) kalian. Ketahuilah, sesungguhnya Allah tidak mengabulkan doa dari hati yang lalai dan tidak serius (main-main).” (HR. Tirmidzi).
Kedua: Kesungguhan
Kesungguhan dalam doa bisa dilihat sejauh mana seseorang memelas di hadapan Allah Ta’ala. Ia harus menampakkan rasa butuh yang sangat kepada Sang Pencipta. Sangat berharap Allah mengabulkan permintaannya serta takut jika tidak dikabulkan.
“Maka Kami memperkenankan doanya, dan Kami anugerahkan kepadanya Yahya dan Kami jadikan isterinya dapat mengandung. Sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang selalu bersegera dalam (mengerjakan) perbuatan-perbuatan yang baik dan mereka berdoa kepada Kami dengan harap dan cemas. Dan mereka adalah orang-orang yang khusyu’ kepada Kami.” (QS. al-Anbiya: 90).
Perkara lain yang menunjukkan keseriusan dalam berdoa adalah tadharru’ (merendahkan diri) di hadapan Allah Ta’ala. Inilah intisari ibadah doa, sehingga Rasulullah Shallahu ‘alahi wassalam menyebutnya sebagai ibadah yang sangat mulia. Beliau bersabda, “Tidak ada sesuatu yang lebih mulia di hadapan Allah melebihi doa.” (HR. Ahmad dengan sanad hasan).
Baca Juga: Menggalang Doa
“Hakekat doa adalah menampakkan rasa fakir (butuh yang sangat) kepada Allah Ta’ala. Mengosongkan jiwa dari bersandar kepada daya dan kekuatan selain-Nya, pasrah sepenuhnya kepada-Nya dan merendahkan diri di hadapan-Nya. Inilah intisari seluruh ibadah.” tulis Imam al-Khathabiy dalam Syaknu ad-Du’a.
Kita sering menemukan diri kita berdoa dalam keadaan hati lalai, mulut mengucapkan permintaan dan harapan kepada Allah Ta’ala, tetapi jiwa berada di alam lain. Lantunan lisan tak sinkron dengan kemasygulan (sibuknya hati mengingat Allah).
Ketiga: Perjelas Doamu
Yang saya fahami dari salah satu adab berdoa adalah, selain berdoa dengan doa-doa umum, kita juga hendaknya menyebut permintaan secara spesifik. Sehingga jelas apa yang kita minta. Hal ini juga biasanya membuat jiwa kita hadir saat berdoa serta menjadikan diri betul-betul menampakkan rasa butuh kepada Allah Ta’ala.
Demikianlah yang dicontohkan oleh para nabi, shiddiqin, dan orang-orang shalih di kalangan umat ini. Jika saudara membutuhkan istri yang shalihah, mintalah itu. Jika ingin bisa shalat tahajjud tiap malam, sebutlah permintaan itu. Jika membutuhkan kendaraan, tempat tinggal, penghasilan yang baik, sebutlah itu semua. Selamat Mencoba!