Sudut Pandang, Seni Menikmati Takdir

Andalus.or.id – Apa yang paling mempengaruhi kehidupan manusia? Bisa jadi jawaban kita akan berbeda-beda. Satu dengan yang lainnya memiliki alasan.

Tetapi sesungguhnya ada satu hal yang sangat mempengaruhi seorang manusia. Yaitu, paradigma, sudut pandang (mindset) yang ia miliki dalam melihat setiap masalah-problem di sekitarnya.

Hampir semua manusia, memiliki masalah yang sama. Baik muslim maupun kafir. keduanya memiliki masalah hidup yang sama; sama-sama hidup, berkeluarga, kekurangan harta, sakit, menikah, mendidik anak, mati dan lain-lain. Baik muslim atau kafir, merasakan semuanya ini.

Hanya saja, dalam menghadapi masalah-masalah di atas, orang-orang berbeda dalam menyikapinya. Perasaan dan emosi saat menghadapi kondisi-kondisi seperti di atas juga berbeda-beda.

Ada diantara manusia menghadapi musibah dengan kesedihan mendalam. Marah. Depresi, stress, bahkan bunuh diri. Namun, ada juga yang menghadapinya dengan senyuman. Mengharapkan pahala dari derita menimpanya.

Semuanya dipengaruhi sudut pandang (persepsi) terhadap masalah tersebut.

Di sinilah keistimewaan Islam. Ia datang membawa perubahan pada sudut pandang tersebut. Islam datang, bukan untuk merubah yang miskin menjadi kaya. Bukan juga, datang untuk merubah mereka yang berkulit hitam menjadi putih. Atau merubah si mancung menjadi pesek, atau sebaliknya. Sekali lagi, tidak.!

Namun Islam datang untuk merubah paradigma terhadap semua masalah. Agar manusia, bisa melihat dari sisi positif, semangat, dan bersyukur atas setiap yang ditakdirkan baginya. Ia pun bahagia dalam segala kondisinya.

Mukjizat Islam

Tersebut dalam sejarah Islam, ada seorang shohabiyah bernama Khonsya. Ia, semasa jahiliyah, terkenal dengan ratapan kesedihan yang menyayat kalbu.

Saat kesedihan ia rasakan, Khonsya mampu menciptakan sya’ir-sya’ir ratapan, yang membuat jiwa berkecamuk sedih, mata meneteskan airnya dengan deras.

Jika kesedihan itu adalah akibat peperangan, maka sya’ir gubahan Khonsya mampu membangkitkan semangat balas dendam. Dan para wanita bisa tersihir, tanpa sadar, mereka bisa memukul dadanya, menampar mukanya, dan mencabik-cabik baju mereka. Tanda dilanda kesedihan mendalam.

Hidayah Islam menghampiri Khonsya dengan hati ikhlas penuh, ia menyatakan syahadatain. Pertanda kesiapan untuk diatur oleh Islam, baik rasa, pikiran, ide, tujuan, maupun akhlak. Inilah pemaknaan syahadatain yang benar.

Rasulullah ﷺ sangat senang mendengar keislaman ‘emak-emak’ sastrawati ulung ini. Sebagian riwayat menyebutkan, ia pernah diminta oleh Rasulullah ﷺ untuk membacakan syair yang pernah ia buat semasa jahiliyah. Dan Rasul pun kagum.

Singkat kisah, sepeninggalan Rasulullah ﷺ. Tepatnya pada zaman kekhalifahan sayyidina Umar bin Khathab RA. Terjadi pertempuran maha dahsyat antara Islam dengan orang-orang kafir, yang memushi Islam.

Salah satu musuh kebuyutan umat Islam adalah imperium Persia- Majusi. Sebuah kerajaan adidaya setelah Romawi, kala itu. Perang terdahsyat antara Umat Islam dengan imperium ini dikenal dengan Qadisiyah.

Sang panglima Islam yang ditunjuk adalah sahabat agung yang paling mustajab do’anya. Yaitu, Sa’ad bin Abi Waqqash Radhiyallahuanhu.

Dalam ekspedisi jihad ini, keempat putra Khonsa terlibat jihad. Mereka dihasung oleh ibunya untuk berangkat ke medan jihad. Berjuang mengibarkan panji-panji Islam di belahan bumi nun jauh di sana.

Allah menakdirkan, keempat putra Khonsa syahid. Meninggalkan sang Bund, tentunya meninggalkan dunia yang penuh ujian dan syahwat ini.

Setelah peperangan Panjang. Umat Islam meraih kemenangan. Seorang utusan diperintahkan untuk menemui Khonsa. Mengabarkan wafat keempat putranya tersebut.

Sang utusan dating menemui Bunda Khonsa. Dengan hati-hati, ia menyusun kata-kata yang apik, agar Khonsa tidak terlalu sedih. Sebab, ia tahu, di masa jahiliyah, Khonsa adalah seorang wanita yang sangat meratapi kematian.

Dahsyat!! Bukan kesedihan yang didapat. Tetapi kesabaran, dan ketegaran menghadapi takdir Allah ﷻ. Bahkan, ketika ibu-ibu datang takziyah ke rumah beliau, Khonsa berkata,

“Jika kalian datang untuk berbela sungkawa, menghiburku atas kematian keempat putra saya, maka saya tutup pintu saya rapat-rapat. Namun, jika kalian datang untuk mengucapkan selamat atas kesyahidan keempat putra saya, maka pintu rumah saya buka lebar-lebar.”

Apa yang membedakan antara Khonsa zaman jahiliyah dengan Khonsa zaman Islam?. Kenapa sikapnya berbeda 180 derajat?. Jawabannya, hanya satu, yaitu paradigma atau sudut pandang.

Kematian dalam pandangan orang jahiliyah,ya perpisahan selamanya di dunia. Mereka tidak percaya hari kebangkitan. Pun tidak memiliki gambaran yang jelas terhadap kematian.

Hal ini, jelas berbeda dengan Islam. Islam membangun mindset (sudut pandang) yang lengkap, benar dan jelas tentang kematian. Bahwa, kematian adalah proses awal memasuki alam akherat. Sebuah alam keabadian.

Apalagi terkait kematian di jalan Allah ﷻ. Islam menggambarkannya dengan sangat indah dan lengkap. Mulai dari proses sakaratul maut, hingga tempat tinggalnya di akherat nanti.

Rasulullah ﷺ bersabda;

لِلشَّهِيدِ عِنْدَ اللَّهِ سِتُّ خِصَالٍ: يُغْفَرُ لَهُ فِي أَوَّلِ دَفْعَةٍ، وَيَرَى مَقْعَدَهُ مِنَ الجَنَّةِ، وَيُجَارُ مِنْ عَذَابِ القَبْرِ، وَيَأْمَنُ مِنَ الفَزَعِ الأَكْبَرِ، وَيُوضَعُ عَلَى رَأْسِهِ تَاجُ الوَقَارِ، اليَاقُوتَةُ مِنْهَا خَيْرٌ مِنَ الدُّنْيَا وَمَا فِيهَا، وَيُزَوَّجُ اثْنَتَيْنِ وَسَبْعِينَ زَوْجَةً مِنَ الحُورِ العِينِ، وَيُشَفَّعُ فِي سَبْعِينَ مِنْ أَقَارِبِهِ

“Bagi orang syahid ada keutamaan; (1) Dosanya diampuni di tetesan darah pertamanya, (2) Ditampakkan tempatnya di surga kelak, (3) Dijauhkan dari adzab kubur, (4) Mendapatkan keamanan dari goncangan hari kiamat, (5) Diletakkan di atas kepalanya mahkota kewibawaan, terbuat dari permata Yaquth, diantaranya lebih baik dari dunia seisinya, (6) Dinikahkan dengan 72 bidadari, (7) Memberi syafaat kepada 70 anggota keluarganya. ”(HR. Tirmidzi)

Mindset Dalam Islam

Jika kita mentadaburi ayat-ayat alQur’an dan sunnah-sunnah Rasulullah ﷺ, maka kita dapati, bahwa al-Qur’an dan as-Sunnah kaya dengan mindset yang benar dan indah.

Mulai dari al-Fatihah hingga An-Naas, al-Qur’an selalu berbicara tentang mindset/persepsi. Persepsi tentang Allah sebagai Kholiq, tentang manusia sebagai makhluk, tentang alam semesta, tentang orang-orang beriman, tentang orang-orang kafir, tentang surga dan neraka, tentang dunia dan akherat, dan selainnya masih banyak. Di sinilah kekayaan khazanah Islam yang tidak dimiliki oleh agama manapun di dunia ini.

Misalnya tentang kehidupan dunia, Allah ﷻ memberikan persepsi yang berbeda dengan dipahami oleh mayoritas manusia;

اعْلَمُوا أَنَّمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا لَعِبٌ وَلَهْوٌ وَزِينَةٌ وَتَفَاخُرٌ بَيْنَكُمْ وَتَكَاثُرٌ فِي الْأَمْوَالِ وَالْأَوْلَادِ كَمَثَلِ غَيْثٍ أَعْجَبَ الْكُفَّارَ نَبَاتُهُ ثُمَّ يَهِيجُ فَتَرَاهُ مُصْفَرًّا ثُمَّ يَكُونُ حُطَامًا وَفِي الْآخِرَةِ عَذَابٌ شَدِيدٌ وَمَغْفِرَةٌ مِنَ اللَّهِ وَرِضْوَانٌ وَمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلَّا مَتَاعُ الْغُرُورِ

Ketahuilah, bahwa sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah permainan dan suatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah- megah antara kamu serta berbangga-banggaan tentang banyaknya harta dan anak, seperti hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan para petani; kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning kemudian menjadi hancur. Dan di akhirat (nanti) ada azab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridhaan-Nya. Dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu.” (Qs. Al-Hadid: 20)

Dalam masalah musibah Rasulullah ﷺ mengajarkan kita sebuah sudut pandang. Bahwa apapun yang kita miliki, hatta anggota badan kita, adalah milik Allah ﷻ. kita hanya memiliki hak pakai, bukan hak milik.

Jika Allah menakdirkan untuk mengambil sebagian yang diberikan kepada kita, maka kita harus bersabar, karena pada hakekatnya, kita adalah peminjam, sementara miliknya adalah Allah ﷻ. Rasulullah selipkan sudut pandang ini dalam beberapa hadits. Diantaranya;

مَا مِنْ عَبْدٍ تُصِيبُهُ مُصِيبَةٌ، فَيَقُولُ: {إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُونَ} [البقرة: 156]، اللهُمَّ أْجُرْنِي فِي مُصِيبَتِي، وَأَخْلِفْ لِي خَيْرًا مِنْهَا، إِلَّا أَجَرَهُ اللهُ فِي مُصِيبَتِهِ، وَأَخْلَفَ لَهُ خَيْرًا مِنْهَا

“Jika seorang hamba tertimpa musibah, lalu berkata, ‘Inna Lillaahi wa Inna Ilaihi Roji’uun’ –Sesungguhnya kita adalah milik Allah ﷻ, dan akan kembali kepada Allah- Ya Rabb berikanlah pahala untukku atas musibah yang menimpaku. Dan gantikanlah dengan yang lebih baik darinya.’ Maka Allah ﷻ pasti akan memberikannya pahala, dan menggantikan dengan yang lebih baik darinya.” (HR. Muslim)

Dalam hadits lain beliau bersabda;

مَنْ يُرِدِ اللَّهُ بِهِ خَيْرًا يُصِبْ مِنْهُ

Siapa yang dikehendaki baik oleh Allah ﷻ, maka Allah akan mengujinya dengan musibah.” (HR. Bukhari)

Beginilah Islam, ia datang mengajarkan pola pikir, mindset, sudut pandang dan akhlak yang maha indah. Sehingga seorang muslim, bisa menikmati hari demi hari, takdir demi takdirnya dalam senyum bahagia. Selamat Anda Seorang Muslim!* [Mas’ud Izzul Mujahid]

Tentang Penulis

Show More

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button