Kuburan, Taman Surga atau Lubang Neraka

Andalus.or.id- Suatu ketika saya mendapat chat dari salah seorang ikhwan. Isinya menarik untuk direnungi. Banyak hal yang bisa kita ambil untuk menjalani kehidupan kita di dunia ini. Berikut bunyi chatnya;

Abi, berapa lama kita dikubur?” Awan sedikit mendung, ketika kaki kaki kecil Fathiya berlari-lari gembira di atas jalanan menyeberangi kawasan lampu merah Karet. Baju merahnya yang kebesaran melambai-lambai di tiup angin. Tangan kanannya memegang Es krim sambil sesekali mengangkatnya ke mulutnya untuk dicicipi, sementara tangan kirinya mencengkram ikatan sabuk celanaku.

Fathiya dan Aku memasuki wilayah Pemakaman Umum Karet, berputar sejenak ke kanan & kemudian duduk di atas seonggok nisan “Hj. Rajawali binti Muhammad: 19/10/1915 – 20/01/1965”. “Nak, ini kubur nenekmu mari kita berdo’a untuk nenekmu.” Fathiya melihat wajahku, lalu menirukan tanganku yang mengangkat ke atas dan ikut memejamkan mata seperti aku.

Ia mendengarkan saya berdo’a untuk neneknya. “Abi, nenek waktu meninggal umur 50 tahun ya.” Akupun mengangguk sembari tersenyum, sembari memandang pusara. “Hmm, berarti nenek sudah meninggal 42 tahun ya bi?” Kata Fathiya berlagak sambil matanya menerawang dan jarinya berhitung “Ya, nenekmu sudah di dalam kubur 42 tahun …

Fathiya memutar kepalanya, memandang sekeliling, banyak kuburan di sana. Di samping kuburan neneknya ada kuburan tua berlumut “Muhammad Zaini : 19/02/1882 – 30/01/1910”. “Hmm… Kalau yang itu sudah meninggal 106 tahun yang lalu ya Bi?”, jarinya menunjuk nisan di samping kubur neneknya. Sekali lagi akupun mengangguk.

Tanganku terangkat mengelus kepala anak keduaku. “Memangnya kenapa nak?” kataku menatap teduh matanya. “Hmmm, Abi kan semalam bilang, bahwa kalau kita mati, lalu dikubur dan jika kita banyak dosanya, kita akan disiksa di neraka,” kata Fathiya sambil meminta persetujuan Ku. “Iya kan Bi?” Akupun tersenyum, “Iya …

Kalau nenek banyak dosanya, berarti nenek sudah disiksa 42 tahun dong Bi di kubur? Kalau nenek banyak pahalanya, berarti sudah 42 tahun nenek senang di kubur. Ya nggak Bi?” mata Fathiya berbinar karena bisa menjelaskan kepadakuu tentang pendapatnya. Akupun tersenyum, sambil ku termenung galau. “Iya nak, kamu pintar,” kata saya pendek.

Pulang dari pemakaman, akupun gelisah di atas sajadah, memikirkan apa yang dikatakan anakku.  42 tahun hingga sekarang. Kalau kiamat datang 100 tahun lagi, 142 tahun disiksa atau bahagia di kubur. Lalu Iama menunduk. Meneteskan air mata. Kalau meninggal, lalu banyak dosanya, lalu kiamat masih 1000 tahun lagi berarti aku akan disiksa 1000 tahun? InnalillaahiWAinna ilaihi rooji’un. Air mataku semakin banyak menetes, sanggupkah Aku selama itu disiksa? Iya kalau kiamat 1000 tahun ke depan, kalau 2000 lagi? Kalau 3000 tahun lagi? Selama itu Aku akan disiksa di kubur.

Lalu setelah dikubur? Bukankah akan lebih parah lagi? Tahankah? padahal melihat adegan preman dipukuli massa di televisi kemarin Aku sudah tak tahan? Ya Allah… Aku pun menunduk, tanganku terangkat, ke atas bahuku naik turun tak teratur. Air mataku semakin membanjiri jenggotku Allahumma as aluka khusnul khootimah.. berulang kali ku baca DOA itu hingga suaraku serak … Dan akupun berhenti sejenak ketika terdengar batuk Fathiya. Ku hampiri Fathiya yang tertidur di atas dipan bambu.

Aku betulkan selimutnya. Fathiya terus tertidur, tanpa tahu betapa aku sangat berterima kasih padanya karena telah menyadarkannya arti sebuah kehidupan. Dan apa yang akan datang di depannya… “Yaa Allah, letakkanlah dunia di tanganku, jangan Kau letakkan di hatiku.

Bisa Jadi Lubang Neraka

Demikian kisah ziarah kubur yang mengharukan itu. Dulu Rasulullah ﷺ pernah melarang para sahabat menziarahi kubur. Kemudian, Rasulullah ﷺ memperbolehkannya, dengan harapan, ziarah kubur akan mengingatkan seseorang tentang kematian. Rasulullah ﷺ bersabda,

“Dulu aku pernah melarang kalian untuk berziarah-kubur. Namun sekarang ketahuilah, hendaknya kalian berziarah kubur. Karena ia dapat melembutkan hati, membuat air mata berlinang dan mengingatkan kalian akan akhirat. Namun jangan mengucapkan perkataan yang tidak layak (qaulul hujr), ketika berziarah” (HR. Al Hakim)

Dalam riwayat lain Rasulullah ﷺ bersabda

“Dulu aku pernah melarang kalian untuk berziarah-kubur. Namun sekarang ketahuilah, hendaknya kalian berziarah kubur. Karena ia dapat membuat kalian zuhud terhadap dunia dan mengingatkan kalian akan akhirat” (HR. Al Hakim)

Imam Al Munawi berkata, “Tidak ada obat yang paling bermanfaat bagi hati yang kelam selain berziarah kubur. Dengan berziarah kubur, lalu mengingat kematian, akan menghalangi seseorang dari maksiat, melembutkan hatinya yang kelam, mengusir kesenangan terhadap dunia, membuat musibah yang kita alami terasa ringan. Ziarah kubur itu sangat dahsyat pengaruhnya untuk mencegah hitamnya hati dan mengubur sebab-sebab datangnya dosa. Tidak ada amalan yang pengaruhnya sedahsyat ini” (Faidhul Qaadir, 88/4)

Iya, ziarah kubur akan mengingatkan kita masa depan kelak di kuburan. Mengingatkan kita, tentang kegelapan kuburan. Sendiri di bawah tanah sana, yang setia menemani hanya amal sholih yang kita lakukan.

Sesungguhnya kuburan bisa jadi taman dari taman-taman surga, atau lubang dari lubang-lubang di neraka.” (HR. Tirmidzi)

Jika orangnya baik, kenikmatan kuburan pun akan ia rasakan. Kuburan akan bersahabat dengannya, ia menjadi taman-taman yang indah, dan luas, sejauh mata memandang. Jika ia pelaku kemaksiata, kuburan akan menjadi siksa baginya sebelum siksa di akherat.

Bilal bin Sa’ad rahimahullah berkata, “Setiap malam kuburan berseru, ‘Aku adalah rumah yang terasing, sarang ulat dan ketakutan. Aku adalah lubang dari sekian lubang neraka, atau taman dari sekian taman surga…sungguh saat seorang mukmin diletakkan di liang lahatnya. Maka bumi yang ada dibawahnya akan berkata.’Demi Allah, aku sangat mencintaimu padahal engkau, dulu, di atas punggungku, maka apa gerangannya jika engkau di perutku. Jika aku telah senang padamu, maka pasti kamu akan tahu apa yang ku perbuat.’ Maka bumi itu meluas, sejauh mata memandang.

Jika yang diletakkan di liang lahat itu adalah orang kafir, bumi akan berkata kepadanya, ‘Aku dulu sangat murka kepadamu, saat engkau berjalan di atas punggungku. Jika aku telah menguasaimu, kamu akan melihat apa yang kuberbuat.’ Kemudian bumi itu menyempit sesempit-sempitnya, sehingga tulang belulangnya remuk.”

Semoga Allah memudahkan kita untuk selalu beramal shaleh dan mengingat kematian.* (Akrom Syahid)

Tentang Penulis

Show More

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button