Khadijah Teladan Bagi Istri Shalihah
Andalus.or. id – Dukungan Khadijah kepada Nabi ﷺ mempunyai fungsi yang besar. Khadijah merupakan teladan bagi istri yang mengetahui bagaimana kesulitan yang dihadapinya.
Khadijah tak mengetahui tafsiran dari apa yang menimpa Nabi ﷺ. Walaupun demikian, Khadijah tetap mendukung Nabi ﷺ dan menyemangatinya.
Seorang laki-laki sekuat apa pun akan memerlukan isteri yang menghibur dan menyemangatinya ketika menghadapi berbagai kesulitan. Inilah yang memberinya dorongan dan keteguhan dalam menghadapi berbagai kesulitan dan mara bahaya.
Khadijah berkata : “Tidak! Demi Allah! Allah tidak akan menghinakanmu selamanya.” Ucapan ini adalah kepercayaan kepada Allah yang tiada bandingnya. Khadijah telah menenangkannya dari ketakutan dan mengangkat semangatnya.
Karakter Khadijah
Selain meneguhkannya dan menyemangati Nabi ﷺ, Khadijah juga mendengarkannya. Ini merupakan perkara penting dalam hubungan suami istri. Ini adalah sama-sama kebutuhan suami maupun isteri untuk saling mendengarkan satu sama lain.
Seorang suami seringkali lebih membutuhkan adanya orang yang mau mendengarkannya atas segala yang membuatnya lebih dan payah sepanjang hari. Di sore hari, ia pulang dalam keadaan capek, sehingga ia memerlukan orang yang mau mendengarkannya. Khadijah telah melakukan pekerjaan ini dengan sangat sempurna.
Khadijah juga telah bersama Rasulullah ﷺ dan mendukungnya ketika beliau beribadah di gua. Khadijah sendiri mengirimkan makanan dan ikut tinggal bersamanya selama beberapa hari. Sehingga khadijah ikut merasakan kesusahan-kesusahan Rasulullah ﷺ.
Inilah seharusnya yang dilakukan seorang isteri. Keistimewaan seperti inilah yang mestinya ada dalam hubungan keluarga, yakni perhatian satu sama lain. Dari sinilah, cinta Rasulullah ﷺ kepada Khadijah tak pernah sirna, meskipun khadijah telah meninggal dunia.
Perlu diperhatikan, ketika khadijah ingin mengangkat semangat Nabi ﷺ. Khadijah mengatakan, “Sesungguhnya engkau adalah orang yang memuliakan tamu, membantu orang yang lemah, menyambung silaturahmi, dan membantu orang yang tertimpa musibah.”
Baca Artikel lainnya: Rumah Impian
Semua itu adalah sifat-sifat akhlak yang mulia Rasulullah ﷺ. Khadijah sebagai orang isteri faham betul bagaimana akhlak suaminya.
Ini merupakan pelajaran bagi semua manusia untuk memperbanyak amal kebajikan, seperti sedekah dan amalan yang lain, yang semua itu bisa melindunginya dari kematian buruk sebagaimana disabdakan Nabi ﷺ.
Setelah melakukan sikap-sikap mulia ini, seperti mendukung, menyemangati, dan mengeguhkannya. Khadijah juga ikut menyelesaikan masalah.
Khadijah memegang tangan Nabi ﷺ untuk pergi ke rumah anak bibinya. Waraqah bin Naufal, seorang lelaki yang sudah berumur 90 tahun dan sangat tahu seluk beluk taurat dan Injil. Tujuan ke sana adalah untuk meminta pendapat waraqah bin Naufal.
Khadijah masuk rumah Waraqah dan berkata, “Wahai anak pamanku! Dengarkanlah dari anak saudaramu!” Nabi ﷺ lalu menceritakan apa yang terjadi, dan Waraqah hanya mendengarkannya saja.
Setelah Nabi ﷺ selesai. Maka Waraqah baru berbicara, “Sesungguhnya engkau adalah nabi di akhir zaman, telah datang kepadamu wahyu. Sesungguhnya kaummu akan mendustakanmu, akan menyakitimu, memerangimu, dan mengusirmu. Aduhai jikalau aku masih muda ketika kaummu mengusirmu.”
Bagida Nabi ﷺ bersabda: “Apakah mereka akan mengusirku?” Waraqah menjawab, “Ya, tidaklah datang seorang sepertimu, kecuali dimusuhi. Jikalah aku mengalami waktu itu, maka akan menolongmu dengan pertolongan yang berarti”.
Baca Artikel lainnya: Besarnya Peran Wanita Bagi Kejayaan Islam
Waraqah telah mengatakan, “Tidaklah datang seorang sepertimu, kecuali dimusuhi.” Dengan penjelasan ini, maka perkara Nabi ﷺ ini secara pasti akan bertentangan dengan kepentingan-kepentingan orang-orang zalim dan pembuat kerusakan.
Demi Allah! Mereka tidak akan membiarkan ada orang yang memperbaiki kehidupan manusia. Mereka tidak akan memperbolehkan hal tersebut dan akan berusaha keras mencegahnya. Perjalanan menuju perbaikan sungguh sangat panjang. Sebab itu, orang yang ingin melangkah di jalan perbaikan, ia harus meletakkan dirinya untuk siap berkorban dan bekerja sama.
Waraqah sangat mengetahui kaum Quraisy dengan baik. Mereka meletakkan 360 berhala di Masjidil Haram karena mencari ridha dari kabilah-kabilah lain dan dalam rangka memajukan perekonomian. Mereka tidak akan memperbolehkan adanya perkara apa pun yang merusak kepentingan-kepentingannya.
Segala sesuatu yang merusak dan mengotori perkara ini, berarti suku Quraisy akan kehilangan kepemimpinan agamanya di tanah arab. Serta akan merugikan semua perjanjian dan persekutuan.
Karena itu, ia tidak akan pernah membiarkan hal ini terjadi. Setelah Nabi ﷺ keluar. Waraqah berkata kepada Khadijah, “Katakanlah kepadanya untuk tetap teguh!”
Waraqah bin Naufal mengucapkan kata-kata itu kepada Nabi ﷺ. Karena ia mengetahui besarnya perkara yang dibawanya. Begitu pun para pemuda dakwah dan generasi Islam dalam menghadapi realitas ini, mereka perlu mengokohkan makna ucapan ini agar senantiasa bersikap teguh.
Peran Istri Shalihah
Khadijah sang ummahatul mukminin telah mengajarkan beginilah seharusnya peran istri pendamping suami.
Pertama, istri harus bisa menyemangati suami untuk mengapai visi misi sebuah keluarga. Kedua, Istri harus bisa meneguhkan suami dalam menghadapi ujian dalam medan perjuangan. Ketiga, Istri harus bisa membantu menyelesaikan problem yang dihadapi suami.
Jalan dakwah itu panjang dan penuh dengan ujian. Seorang muqimuddin amat sangat memerlukan pendamping seorang istri yang bisa menguatkan dalam medan peruangan ini. (Abu Khalid)