Jangan Merasa Aman
Suatu hari, sahabat Abdullah bin Rawahah RA tidur-tiduran di pangkuan istrinya. Beberapa saat kemudian, tiba-tiba beliau menangis. Semakin lama, isak tangisnya semakin mengeras. Lama-kelamaan, istrinya terhanyut dalam kesedihan sang suami. Wanita ini pun ikut menangis.
Setelah keduanya berhenti menangis, Abdullah bin Rawahah RA bertanya, “Dinda, kenapa tadi kamu menangis?” Sang istri menjawab, “Karena saya melihat kanda menangis, dinda sangat kasihan melihat kanda menangis tersedu-sedu.” Jelas istrinya. “Kalau kanda, kenapa tadi menangis sedih?” Istrinya balik bertanya, Abdullah bin Rawahah menjawab, “Saat di atas pangkuanmu, kanda teringat firman Alloh SWT
وَإِن مِّنكُمْ إِلَّا وَارِدُهَا كَانَ عَلَى رَبِّكَ حَتْماً مَّقْضِيّاً ثُمَّ نُنَجِّي الَّذِينَ اتَّقَوا وَّنَذَرُ الظَّالِمِينَ فِيهَا جِثِيّاً
Dan tidak ada seorangpun dari padamu, melainkan mendatangi neraka itu. Hal itu bagi Tuhanmu adalah suatu kemestian yang sudah ditetapkan. Kemudian Kami akan menyelamatkan orang-orang yang bertakwa dan membiarkan orang-orang yang zalim di dalam neraka dalam keadaan berlutut. (Qs.Maryam: 71-72).
“Saya tidak tahu pasti, apakah saya akan diselamatkan oleh Alloh SWT atau tidak.” Tutur Abdullah bin Rawahah.
Sudah menjadi kebiasaan salaf, baik dari kalangan sahabat, tabi’in maupun generasi salaf setelah mereka, untuk selalu mengingat kematian. Seperti sahabat Rasululloh SAW di atas, Abdullah bin Rawahah.
Sebagian mufassir menjelaskan ayat di atas, setiap manusia akan digiring ke neraka. Jika ia orang kafir berarti ia akan langsung digiring ke neraka. Namun jika ia orang mukmin atau munafik, ia akan menyeberangi shiroth. Orang mukmin ada yang selamat sehingga sampai ke surga, ada juga yang disambar api neraka, sehingga dalam beberapa waktu ‘dibersihkan’ di neraka. Sedangkan orang-orang munafik akan disambar oleh neraka.
Kengerian Shiroth
Membayangkan saat-saat menyebrang shiroth memang sangat mengerikan. Shiroth atau jembatan penyeberangan menuju jannah itu berada di atas punggung neraka yang panasnya tujuh puluh kali lipat api dunia. Keadaan di atas shiroth sangat gelap, karena neraka dibawahnya telah mengalami tiga kali proses pembakaran sehingga apinya hitam legam.
Tidak ada yang bisa membantu dalam penyeberangan tersebut kecuali amal ibadah selama di dunia. Pencahayaan pun tidak ada, kecuali cahaya dari Alloh SWT yang diberikan kepada hamba-hamba-Nya sesuai amalan mereka. Ada yang terang bak rembulan purnama, ada yang seperti obor dan ada juga yang kelap-kelip seperti kunang-kunang.
Dalam hadits riwayat ath-Thabarani Rasululloh SAW menjelaskan, “Shiroth itu seperti mata pedang, sangat licin dan tajam. Seseorang akan menyeberanginya sesuai cahaya yang ia miliki. Ada yang melewatinya seperti kecepatan cahaya, ada yang secepat kerlingan mata, ada yang secepat angin, ada yang berlari kencang ada juga yang berlari-lari kecil. Mereka menyeberanginya sesuai amal mereka. Bahkan ada yang memiliki cahaya sebesar jempol kakinya, ia melewati shiroth jatuh bangun. Terkadang ia bergelantungan di shiroth, ada juga terpeleset jatuh. Sehingga ia disambar oleh api neraka.”
Tidak Merasa Aman
Tersebut dalam sebuah riwayat al-Hakim dari sahabat Salman al-Farisi, Rasululloh SAW bersabda, “Di hari kiamat kelak, Mizan –timbangan- akan dihamparkan. Andaikan langit-langit dan bumi ditimbang di atasnya, maka timbangan akan melebar –sesuai lebarnya yang ditimbang-. Para malaikat bertanya, ‘Wahai rabb siapa yang akan ditimbang di sini?’ Alloh SWT berfirman, “Siapa yang Aku kehendaki dari semua ciptaan-Ku.’ Para malaikat berkata, ‘Maha suci Engkau, sungguh kami belum bersungguh-sungguh beribadah kepada-Mu.’ Kemudian shiroth diciptakan, para malaikat bertanya, “Wahai rabb kami, siapa yang akan menyeberangi ini?’ Alloh SWT menjawab, “Siapa yang Aku kehendaki dari semua ciptaanKu.’ Para malaikat berkata lagi, ‘Maha suci Engkau, sungguh kami belum bersungguh-sungguh beribadah kepada-Mu.’
Saat mendengar tentang kedahsyatan neraka ibunda Aisyah RA terisak tangis. Rasululloh SAW bertanya, “Apa yang membuat kamu menangis?” Beliau menjawab, “Saya terbayang neraka. Apakah kelak di hari kiamat orang-orang masih bisa mengingat keluarganya?” Rasululloh SAW menjawab. “Adapun pada tiga keadaan, tidak seorang pun mengingat orang lain. Yaitu, di mizan, hingga ia memastikan apakah timbangan kebaikannya lebih berat atau ringan. Dan ketika pembagian catatan amalan di saat mereka dipanggil (Inilah…) sampai ia memastikan apakah ia akan menerima catatan amalanya dari sebelah kanan, atau kiri atau dari arah belakang. Kemudian –ketiga- disaat ia menyeberangi shiroth yang terletak di atas punggung neraka.”
Hadits riwayat imam Ahmad di atas kiranya cukup menggambarkan kengerian neraka. Saat menyeberangi shiroth, seseorang tidak mengingat orang yang paling ia cintai. Yang terbayang hanya kengerian, harapan dan takut menjadi satu.
Maka, wajar bila ada sebagian salaf berteriak ketakutan sehari semalam saat mengingat shiroth. Abu Sulaiman Ad-Darani bertutur, “Aku pernah menggambarkan kepada saudariku, Abdah, tentang jembatan yang melintas di atas neraka jahannam. Maka selama sehari semalam ia terus berteriak ketakutan. Kemudian ia diam. Namun setiap kali aku menyebut jembatan itu ia kembali histeris. Aku pun menanyakan sebabnya, ia menjawab, “aku membayangkan diriku meniti jembatan itu, dan kemudian aku terbalik bersama jembatan tersebut.”
Sebagai anak Adam yang hidup di zaman yang penuh fitnah ini, di mana fitnah syubhat dan syahwat senantiasa mengumbar pesonanya, seharusnya kita senantiasa menasehati diri untuk mewaspadai nasibnya di shiroth kelak.
Mengingat shiroth adalah kehidupan bagi iman, ia akan menyebabkan motivasi beribadah semakin berlipat. Dalam sebuah riwayat disebutkan, ada sebagian orang yang menyeberangi shiroth itu selama 100 tahun, bahkan ada juga yang menyeberanginya selama 1.000 tahun.
“Seyogyanya, seorang muslim tidak layak merasa aman dan berleha-leha hingga ia mampu menyeberangi shiroth dengan selamat kelak di hari kiamat.” Nasehat sahabat Mu’adz bin Jabar RA. Semoga. (Akrom Syahid)