Hati-hati dengan Hati
Mensucikan Hati dari Penyakit Hati

Andalus.or.id – Raja tubuh kita adalah hati. Setiap ruas dan sendi kita patuh akan titahnya. Hati dapat melambungkan amal-amal kita hingga menggapai ridhoNya walau tampaknya amal itu tak berarti di mata manusia. Hati dapat menghancurkan seluruh amal hingga tak bersisa, meski banyak manusia menyanjungnya.
Hati adalah raja. Ia ditaati oleh seluruh organ tubuh. Karena perintahnyalah ketaatan dan penyelewengan terjadi. Hati memang tak mudah diprediksi. “Dalam laut dapat dikira, dalam hati siapa yang tahu?”.
Ketika hati berbisik, “Betapa enaknya menjadi orang kaya, bisa punya rumah wah, mobil gres, pakaian jreng. Pergi haji ONH plus? Siapa takut? Umroh tiap tahun? Nggak pake’lama!”
Tapi kemudian sisi hati yang lain berkata, “Benarkah bila kita tampil mengkilap di dunia, juga akan tampil mengkilap di akhirat? Untuk apakah sebenarnya kita hidup? Mampukah kita bertanggung jawab dengan apa yang kita miliki kelak? Di akhirat nanti, di hadapan ilahi.”
Hidup ini hanya sekali, bila tak digunakan untuk menumpuk amal sholeh, kebaikan demi kebaikan, saling menasehati dalam kebenaran dan kesabaran, menjaganya dari gangguan ujub (bangga diri), sum’ah (ingin didengar), riya’(ingin dilihat), tentu semua akan hilang sia-sia,
وَقَدِمْنَا إِلَىٰ مَا عَمِلُوا مِنْ عَمَلٍ فَجَعَلْنَاهُ هَبَاءً مَّنثُورًا
“Dan kami hadapi segala amal yang mereka kerjakan, lalu kami jadikan amal itu (bagaikan) debu yang berterbangan” (QS. Al-Furqon: 23).
Di lain waktu, hatipun mengusik diri. Wajah dalam cermin mematung bertanya-tanya. “Hai cantik! Betapa sempurnanya dirimu. Mata, hidung, bibir, rambut, semua yang kau miliki begitu indah mempesona. Kau pintar, kaya, jangan sia-siakan hidupmu. Carilah jalanmu di dunia ini. Biarlah semua orang tahu dan mengerti siapa dirimu”.
Tapi kemudian hati yang lain segera hadir mengimbangi. “Jangan! Jangan terlena. Kecantikan, kepintaran dan kekayaan itu anugerahNya, kau milikNya dan akan kembali kepadaNya. Tanpa ketaqwaan tak akan ada yang dapat kau banggakan. Tutuplah anugerah itu dengan syari’ahNya. Jagalah ia. Hati-hatilah dengan sisi hatimu yang kelam”.
Hati dapat menjadi hitam legam. Bermula dari setitik demi setitik noda hingga hitam dan terbalik. Jika telah hitam dan terbalik, tak mampu lagi ia mengenali kebaikan. Kemungkaran dan kebaikan tercampur aduk. Sunnah dianggap bid’ah, bid’ah sebagai sunnah. Kebatilan sebagai kebenaran dan kebenaran sebagai kebatilan.
Ada musibah yang dapat menimpa dan menyebabkan sakitnya hati. Musibah syahwat yang mampu merusak niat dan iradah. Musibah syubhat yang merusak ilmu dan I’tiqad. Na’udzu billahi mindzaalik.
Hati adalah raja. Maka, bimbinglah ia selalu pada cinta kepadaNya. Dzikrullah dalam berdiri, duduk, berbaring.Ikhlas, Khusyu’dan tawadlu’.
الَّذِينَ آمَنُوا وَتَطْمَئِنُّ قُلُوبُهُم بِذِكْرِ اللَّهِ أَلَا بِذِكْرِ اللَّهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوبُ
“Orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram”. (QS. Ar-Ra’du: 28)
Wallahu a’lam bisshowwab.