Ghuluw Dalam Beragama Berbahaya Bagi Keimanan
Bahaya Ghuluw dalam Agama
Andalus.or.id – Ghuluw dalam beragama merupakan akar kesesatan, Iblis setelah menyatakan permusuhannya terhadap Adam beserta keturunannya, Iblis berupaya semaksimal mungkin untuk membuktikan permusuhannya tersebut. Menurut Ibnu al-Qayyim al-Jauziyah (Madarijus Salikin, 2/462), setidaknya ada jalan yang digunakan Iblis untuk menyesatkan manusia:
Pertama: Dengan iftroth dan ghuluw
Kedua: Dengan Tafrith dan peremehan (idha’ah)
“Dan agama Allah Ta’ala pertengahan, antara orang-orang yang ghuluw (ekstrim) dan orang-orang yang meremehkan. Dienullah ini seperti lembah di antara dua gunung, dan petunjuk diantara dua kesesatan.” Tulis Imam Ibnu al-Qoyyim Rahimahullah.
مخلد بن الحسين رحمه الله: “ما ندب الله العباد إلى شيء إلا اعترض فيه إبليس بأمرين بأيّهما ظفر، إما غلوّاً فيه وإما تقصيراً عنه” (حلية الأولياء:8/266)،
Ulama salaf yang bernama Mukhlad bin Husain berkata, “Setiap amal yang diperintahkan oleh Allah Ta’ala kepada hamba-hamba-Nya, pasti Iblis akan menghalang-halanginya dengan salah satu dari dua cara; yaitu dengan ghuluw dalam urusan itu atau meremehkannya.” (Hilyah Aulia, 8/266)
Yang paling banyak menimpa Ahlu Bidáh adalah nomor pertama, yaitu Ghuluw. Hampir, tidak ada kelompok bidáh, kecuali penyakit ghuluw ada bersama mereka. Biasanya penyakit ghuluw ini tidak disadari, atau bisa jadi dianggap sebagai buah ilmu dan kesucian hati.
Sebab, penyakit ghuluw menjadi alat operasi yang paling membantu setan dalam menyesatkan umat Islam. Ghuluw bisa terjadi dalam banyak hal; baik dalam masalah akidah, akhlak, ibadah maupun muámalah.
Ghuluw adalah penyakit yang pernah menimpa umat-umat sebelum Islam datang. Merekapun hancur akibat penyakit ghuluw ini. Oleh karena itu, Allah Ta’ala melarang mereka dari ghuluw, tetapi mereka tidak mengindahkannya. Akhirnya merekapun hancur. Allah Ta’ala berfirman;
يَاأَهْلَ الْكِتَابِ لَا تَغْلُوا فِي دِينِكُمْ غَيْرَ الْحَقِّ وَلَا تَتَّبِعُوا أَهْوَاءَ قَوْمٍ قَدْ ضَلُّوا مِنْ قَبْلُ وَأَضَلُّوا كَثِيرًا وَضَلُّوا عَنْ سَوَاءِ السَّبِيلِ
“Hai Ahli Kitab, janganlah kamu berlebih-lebihan (melampaui batas) dengan cara tidak benar dalam agamamu. Dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu orang-orang yang telah sesat dahulunya (sebelum kedatangan Muhammad) dan mereka telah menyesatkan kebanyakan (manusia), dan mereka tersesat dari jalan yang lurus.” (Qs. Al-Maidah: 77)
Baca Juga: Doktrin Anarkis Ajaran Syiah
Agar terhindar dari kehancuran, Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam mengingatkan ummatnya dalam banyak hadits untuk menjauhi sikap ghuluw dalam agama. Beliau Shallallahu alaihi wa sallam mengingatkan:
يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِيَّاكُمْ وَالْغُلُوَّ فِي الدِّينِ فَإِنَّهُ أَهْلَكَ مَنْ كَانَ قَبْلَكُمُ الْغُلُوُّ فِي الدِّينِ
“Wahai manusia, jauhilah sikap ghuluw (berlebih-lebihan) dalam agama! Karena sesungguhnya, yang membinasakan orang-orang terdahulu sebelum kalian adalah berlebih-lebihan dalam agama.” (HR. Ahmad dan An-Nasa’i)
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah RHM berkata, “Maksud sabdanya, [النَّاسُ إِيَّاكُمْ وَالْغُلُوَّ فِي الدِّينِ] yaitu dalam seluruh masalah. Baik dalam masalah akidah dan amal ibadah…Ghuluw adalah melewati batas yang telah ditentukan. Baik dalam menghormati atau mencela sesuatu.”(iqtidha’, 1/289 )
Larangan Ghuluw
Selain ayat dan hadits di atas, masih ada beberapa dalil syar’ie yang melarang ghuluw dalam agama. Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam bersabda:
لاَ تُشَدِّدُوْا عَلَى أَنْفُسِكُمْ فَيُشَدِّدُ اللهُ عَلَيْكُمْ فَإِنَّ قَوْمًا شَدَّدُوْا عَلَى أَنْفُسِهِمْ فَشَدَّدَ اللهُ عَلَيْهِمْ فَتِلْكَ بَقَايَاُهْم فِي الصَّوَامِعِ وَالدِّيَارِ وَرَهْبَانِيَّةً ابْتَدَعُوْهَا مَا كَتَبْنَاهَا عَلَيْهِمْ
“Janganlah kamu memberat-beratkan dirimu sendiri, sehingga Allah Azza wa Jalla akan memberatkan dirimu. Sesungguhnya suatu kaum telah memberatkan diri mereka, lalu Allah Azza wa Jalla memberatkan mereka. Sisa-sisa mereka masih dapat kamu saksikan dalam biara-biara dan rumah-rumah peribadatan, mereka mengada-adakan rahbaniyyah (ketuhanan/kerahiban) padahal Kami tidak mewajibkannya atas mereka.” (HR. Abu Dawud)
Dalam hadits Mihzan bin al-Adra’ yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad disebutkan:
إِنَّكُمْ لَنْ تَنَالُوْا هَذَا الأَمْرَ بِالمُغَالَبَةِ، وَخَيْرَ دِيْنِكُمْ اليُسْرَةُ
“Kalian tidak akan mendapatkan perkara (agama) ini dengan memaksakan diri. Sebaik-baik urusan agamamu adalah yang mudah.”
Beliau juga bersabda:
إِنَّ الدِّيْنَ يُسْرٌ، وَلَنْ يُشَادَّ الدِّيْنَ إِلاَّ غَلَبَهُ
“Sesungguhnya agama ini mudah. Dan tidaklah seseorang mempersulit diri dalam agama ini, melainkan ia pasti kalah (gagal).” (HR. Bukhari)
Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam mengisyaratkan bahwa kehancuran sebuah agama seringkali berawal dari sikap ghuluw. Seperti ghuluwnya Nashoro kepada Nabi Isy Alaihissalam. Merekapun terjerembab dalam kesyirikan; menyekutukan Allah Ta’ala dengan Nabi Isa Alaihissalam. Nabi Shallallahu alaihi wa sallam mengingatkan hal ini;
لاَ تُطْرُوْنِي كَمَا أَطْرَتِ النَّصَارَى ابْنَ مَرْيَمَ، فَإِنَّمَا أَنَا عَبْدُهُ، فَقُوْلُوْا عَبْدُ اللهِ وَرَسُوْلُهُ.
“Janganlah kalian berlebih-lebihan dalam memujiku, sebagai-mana orang-orang Nasrani telah berlebih-lebihan memuji ‘Isa putera Maryam. Aku hanyalah hamba-Nya, maka kata-kanlah, ‘‘Abdullaah wa Rasuuluhu (hamba Allah dan Rasul-Nya).’. (HR. Bukhari)
Ragam Ghuluw Dalam Agama
Salah satu kerusakan dari sikap ghuluw adalah memunculkan penyimpangan dalam beragama dan menjadikan seseorang merasa dirinya lebih suci, lebih bertaqwa dan lebih baik daripada orang lain.
Jika hal ini sudah terjadi, maka ia akan meremehkan orang lain. Sehingga dia akan melihat kebenaran hanya pada dirinya atau kelompoknya. Sungguh ini adalah sifat iblis, sehingga dia enggan untuk melaksanakan perintah Allah Ta’ala disebabkan ia merasa dirinya lebih terhormat daripada Adam Alaihissalam.
Baca Juga: Menantang Langit dengan Logika Bumi
Sikap ghuluw adalah jalan yang sangat disukai oleh setan dalam menjerumuskan orang-orang soleh. Biasanya orang soleh sangat susah dijerumuskan dalam perkara-perkara yang sifatnya kemaksiatan tampak; seperti mencuri. Zina, dan lain sebagainya. Tetapi mereka tidak sadar bila dijerumuskan dengan cara ghuluw.
Sikap ghuluw beragam bisa terjadi dalam masalah aqidah seperti masalah asmau wa sifat. Misalkan, sebagian orang terlalu berlebih-lebihan dalam mesucikan Allah Ta’ala sehingga menolak sebagian sifat Allah Ta’ala, atau mentakwilkannya.
Contohnya, orang-orang Asy’ariyah mentakwilkan sifat tangan dan wajah Allah Ta’ala dengan ridho dan kekuasaan Allah. Menurut mereka, menetapkan sifat tangan dan wajah bagi Allah itu sama dengan menyerupakan Allah dengan makhlukNya.
Sebagian orang berlebih-lebihan dalam takdir. Sehingga menolak campur tangan manusia dalam kejadian di alam semest. Termasuk perbuatan hamba. Mereka menganggap manusia tidak lebih dari sebuah robot; digerakkan dan dikendalikan oleh Allah.
Sikap ghuluw juga terjadi pada perkara-perkara yang sifatnya amaliyah. Seperti shalat, puasa, zakat, haji dan lain sebagainya. Ada sebagian muslim yang melaksanakan puasa dahr (berkesinambungan). Diluar Romadhon, diisi dengan puasa tanpa jeda.
Diantara kelompok dalam sejarah Islam yang terjangkiti penyakit ghuluw adalah kelompok khawarij dan kelompok syiah. Terutama Syiah Rafidhah. Mereka pun melakukan banyak pelanggaran syariat.
Khawarij misalnya, melihat diri mereka sebagai sosok manusia yang paling baik, paling suci dan satu-satunya representasi kebenaran di muka bumi ini, memandang diluar mereka dengan pandangan yang remeh. Mereka pun menghalalkan darah kaum muslimin yang melakukan dosa-dosa besar. Karena dianggap sebagai sebuah kekufuran.
Adapun orang-orang rofidhoh keluar dari syariat disebabkan sikap berlebih-lebihan terhadap Ahlul Bait Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam. Mereka menempatkan imam-imam mereka sejajar dengan para nabi, malaikat, bahkan sejajar dengan Allah atau lebih tinggi daripada kedudukan Allah Ta’ala.