Dendam Majusi Persia kepada Islam

Andalus.or.id – Saat Islam muncul, ada dua kekuatan super power yang disegani di Jazerah Arab. Yaitu Imperium Romawi yang beragama Kristen, dan Imperium Persia yang beragama Majusi.

Dalam literatur sejarah dijelaskan, Persia (arb: al-Firs) adalah sebuah Imperium besar yang pernah ada pada masa lalu, jauh sebelum Islam didakwahkan oleh nabi Muhammad Saw. Konon Imperium Persia telah ada sejak 559 sebelum masehi.

Agama dan kepercayaan yang pernah ada di Persia sangat banyak. Syaikh DR. Abdullah al-Gharib menjelaskan, setidaknya ada enam  aliran agama yang terlacak. Berbagai macam agama ini, mereka memiliki banyak kesamaan akidah dan ritual, (waja’a daurul majus, hlm. 27-40).

Majusi merupakan agama terakhir Persia yang menggambungkan ajaran-ajaran agama sebelumnya. Terjadi khilaf dikalangan pakar sejarah tentang asal-usul penamaan Majusi. Pendapat yang kuat mengatakan, penamaan ini berasal pendirinya, yaitu Majus.

Diantara karakter kuat pada diri orang-orang Persia-Majusi kuno adalah, mereka sangat pendendam, picik, pintar bersandiwara, culas dan penipu ulung. Oleh karena itu, perang saudara dan revolusi berdarah selalu menghiasi sejarah Persia.

Syi’ah dan Majusi

Para ulama dan pakar sejarah telah menemukan kesamaan antara Syi’ah dengan agama Persia ini, Majusi. Temuan-temuan ini menegaskan bahwa Syi’ahadalah penjelmaan agama Majusi. Diantara pakar tersebut adalah Syaikh DR. Abdullah al-Gharib, beliau mengkaji Syi’ah dari tiga sisi; sejarah, akidah dan politik. Kajian ini beliau tuangkan dalam bukunya, ‘waja’a daurul majus’ –Skenario Pemeluk Majusi-.

Keyakinanan Reingkarnasi merupakan salah satu bukti bahwa Syi’ahpada hakekatnya adalah agama Majusi. Dulu Majusi berkeyakinan, arwah orang mati bisa hidup kembali di dunia. Akidah ini dikenal dengan tanasukhul arwah (reingkarnasi).

Syi’ahmewarisi keyakinan Majusi ini. Walau mereka berbeda pendapat tentang ke mana perginya arwah setelah berpisah dengan badan, namun mereka sepakat bahwa kematian yang sebenarnya tidak ada, karena arwah itu hidup kembali. (DR. Muhammad al-Hamd, An-Nushairiyah, hlm. 9-10)

Diantara keyakinan Majusi adalah mereka meyakini bahwa hak kekuasaan hanya ada pada keturunan tertentu, yaitu dari keluarga al-Waritsi As-Sassani, mereka menganggap keturunan ini sebagai keturunan suci, bak dewa. Konsekwensi keyakinan ini, kekuasaan yang sah hanya di tangan keturunan ini, (Tarikh al-Madzahib al-Islamiyah, 1/38)

Sama halnya dengan Syi’ah, mereka meyakini bahwa hak keimaman –kepemimpinan- hanya berada di tangan keturunan Ali bin Abi Thalib, terutama keluarga Husein bin Ali.

Ciri khas lain agama Persia Majusi, adalah mewajibkan pengikutnya untuk menyembunyikan jati diri, yang popular dengan istilah taqiyah. Syaikh Al-Gharib menjelaskan, ‘Salah satu intisari ajaran Majusi adalah sirriyah ­–taqiyyah- biasanya ini dilakukan saat mereka lemah. Sehingga dengan akidah ini mereka bisa bertahan dalam kondisi lemah dan mampu mendekati para penguasa.” (Waja’a daurul majus, hlm. 40)

Dewasa ini, Syi’ah-lah yang memegang teguh prinsip taqiyyah. Bahkan taqiyyah dianggap perkara pokok dalam agama Syi’ah. Bahkan al-Kulaini meriwayatkan, siapa yang tidak bertaqiyyah tidak beriman, (al-Khishâl,Ibnu Bâbuyah al-Qummi, 1/25].

Mungkin diantara indikasi ke-Majusi-an Syi’ahyang paling nampak adalah pembelaannya kepada Kisra, raja Persia yang menyobek surat nabi Muhammad saw. Syi’ah berkeyakinan, neraka diharamkan atas Kisra, Raja Persia. Padahal ia mati dalam keadaan kafir, (Biharul Anwar, 4/41).

Orang-orang Majusi kuno memiliki beberapa hari raya, salah satunya Nairuz. Hingga kini, tradisi ini masih diperingati dengan meriah oleh orang-orang Syi’ah di Iran. Bahkan dianggap sebagai salah satu hari besar. Kantor-kantor pemerintah diliburkan selama lima hari atau lebih pada Nairuz. Sedangkan libur resmi pada Iedul Fitri dan Iedul Adha hanya sehari.

Pembunuhan Umar bin Khattab, dan Konspirasi Persia

Pembunuhan Umar bin Khattab adalah hasil konspirasi orang Majusi yang diwakili oleh Hurmuzan, dan Abu Lu’lu’ah dengan Nashoro yang diwakili oleh Jufainah. Kenapa harus Umar? Karena beliaulah yang menjadi tokoh kunci kemenangan pasukan Islam atas Persia dan Umar-lah simbol kekuatan Islam masa itu

Hurmuzan merupakan salah satu dari dua panglima perang Persia para perang Qadisiyah, yang satunya Rustum. Ia berhasil melarikan diri dari kejaran kaum muslimin, kemudian berpura-pura masuk Islam. Sedangkan Rustum tewas saat pada saat itu.

Pembunuhan ini diwakilkan kepada Abu Lu’lu’ah. Orang-orang Syi’ah sangat berterima kasih kepada Abu Lu’lu’ah atas jasanya tersebut. Sehingga mereka menggelari Abu Lu’lu’ah dengan ‘Babu Syuja’u Ad-Din’ –pahlawan agama sejati-.

Di Iran, kuburan Abu Lu’lu’ah dibangun dengan megah, dan menjadi tujuan wisata rohani Syi’ah. Sebaliknya, hari kematian Umar dirayakan secara meriah oleh Syi’ah, mereka menyebutnya sebagai hari Iedul Akbar, (kemenangan besar).

Penghormatan Syi’ah kepada Abu Lu’lu’ah dan pemberian gelar ‘pahlawan agama sejati’ adalah bukti lain bahwa Syi’ah seagama dengan Abu Lu’lu’ah, yaitu agama Majusi.

Kenapa Harus Syi’ah?

Setelah kekalahan pasukan Persia, banyak tentara dan panglima Persia yang pura-pura masuk Islam. Mereka mencari kesempatan yang baik untuk  melawan Islam. Saat yang tepat itu datang tatkala Ali ra berselisih dengan Mu’awiyah ra. Orang-orang Persia menyatakan bergabung dengan kelompok Ali ra. Setidaknya ada dua alasan ideologis yang melatar-belakangi Persia mendukung Ali RA; Pertama, Husein bin Ali bin Abi Thalib menikahi salah satu putri Yazdajrid, raja Persia yang ditaklukkan oleh umat Islam.

Kedua, mereka ingin melestarikan keyakinannya, bahwa hak memimpin dan menguasai hanya di tangan keturunan tertentu. Dalam hal ini yaitu keturunan Ali ra. Tentu ini merupakan warisan agama Majusi, (Makalah, Ushul Al-Majusi fi Diyanah Asy-Syi’iyah).

Mereka memanfaatkan skenario ‘cinta ahlu bait’ sebagai jalan tol untuk menghancurkan Islam. Atas nama cinta ahlu bait, akidah syirik, kufur dan bejat Majusi dilestarikan oleh orang-orang Syi’ah.

Syaikh DR. Safar Hawali pernah menjelaskan panjang lebar konspirasi Syi’ahini dalam ceramahnya, al-Bathiniyah ‘Ibra Tarikh. Beliau menyebutkan, dulu ada seorang ulama hadits yang sangat terpercaya, namanya Abi Rabi’ Az-Zahrani, beliau memiliki seorang tetangga zindiq yang telah bertaubat.

Abu Rabi’ bertanya kepadanya, ‘Dulu anda mengkalaim sebagai orang Syi’ah-Rafidhah, sekarang malah berbuat zindiq. Kenapa bisa demikian.?’ Tetangganya menjawab, ‘Sesungguhnya seluruh kaum zindiq dan musuh Islam telah melakukan perenungan yang mendalam tentang bagaimana menghancurkan Islam dan memerangi pemeluknya. Dan kami berkesimpulan; satu-satunya jalan ke sana hanya dengan masuk Syi’ah. Karena mereka adalah orang-orang yang pandir dan bodoh.’

Kesesatan Syi’ah semakin menggila setelah Abdullah bin Saba’ dibuang ke Mada’in, Iran. Syi’ah semakin berani mencampuradukkan akidah Islam dengan akidah Majusi. bahkan berani mengadopsi beberapa ajaran Yahudi, dan Kristen.

Walhasil, Syi’ah adalah agama Majusi, dimana akidah, ibadah dan prinsip-prinsip keagamaan diwariskan secara turun temurun dari nenek moyangnya bangsa Persia. Hanya saja, ada sedikit campuran akidah dan ritual Yahudi dan Nasrani. Tidak ada Islam yang tersisa di Syi’ah, kecuali klaim saja.

Tentang Penulis

Show More

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button