Lemahnya Ummat Disebabkan Senang Berbantah-Bantahan

وَأَطِيعُوا اللَّهَ وَرَسُولَهُ وَلا تَنَازَعُوا فَتَفْشَلُوا وَتَذْهَبَ رِيحُكُمْ وَاصْبِرُوا إِنَّ اللَّهَ مَعَ الصَّابِرِينَ

“Hai orang-orang yang beriman, apabila kalian memerangi pasukan (musuh), maka berteguh hatilah kalian dan sebutlah (nama) Allah sebanyak-banyaknya agar beruntung. Dan taatlah kepada Allah dan Rasul-Nya dan janganlah kalian berbantah-bantahan, yang menyebabkan kalian menjadi gentar dan hilang kekuatan kalian dan bersabarlah. Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar. (QS. Al Anfal : 46).

 

Andalus.or.id -Ayat ini adalah arahan dari Allah ta’ala untuk para pejuang di jalan Allah. Yaitu perintah untuk banyak berdzikir pada ayat sebelumnya, dan juga mentaati Allah ta’ala dan juga Rasul Nya sallallahu alaihi wasallam serta larangan untuk berbantah bantahan. Karena berbantah bantahan akan menjadikan lemahnya barisan.

Dan diantara hak-hak ukhuwwah adalah menjauhi perdebatan sesama ihwah. Karena perdebatan memudarkan rasa cinta dan menyebabkan sirnanya persahabatan yang telah lama terjalin, dan menimbulkan kebencian, permusuhan serta terputusnya hubungan diantara ihwan.

Perdebatan terjadi disaat dialog antara dua orang, dan masing-masing memegang teguh pendapatnya. Sehingga timbullah perdebatan yang selanjutnya akan bertambah sengit. Inilah hakikat dari sebuah perdebatan. Yaitu masing-masing dari kedua belah pihak saling berjuang untuk memenangkan pendapatnya. Masing-masing mendatangkan dalil sambil mengangkat suara, setelah itu terjadilah apa yang terjadi.

Perdebatan dan bantah bantahan tidak hanya terjadi antara lesan dengan lesan. Dunia modern hari ini telah berkembang dari perdebatan dengan lesan meluas menjadi perdebatan dengan tulisan. Bantah membantah telah menjadi menu harian di whatsapp, twiter, face book, telegram dan lainnya. Maka menahan diri untuk tidak debat kusir dengan lesan, jari lewat tulisan menjadi tugas penting seorang muslim.

Tafsir

Kata kunci dari ayat ini dalam konteks soliditas adalah At-Tanazu’ yang ditafsirkan oleh para ulama tafsir seperti Ibnu Katsir dan Abu Su’ud sebagai perselisihan pendapat yang menjurus kepada perdebatan dan perpecahan untuk mengunggulkan kepentingan dan orientasi tertentu. Seperti yang terjadi pada perang Uhud dimana beberapa sahabat yang sudah jelas tugasnya, malah tidak mentaati perintah Allah dan Rasul-Nya dan lebih memilih pendapat mereka masing-masing demi meraih keuntungan duniawi yang bersifat semu dan sesaat.

Ibnu katsir berkata : Dan janganlah mereka saling berbantahan di antara sesama mereka yang akibatnya akan mencerai-beraikan persatuan mereka sehingga mereka akan dikalahkan dan mengalami kegagalan.

وَتَذْهَبَ رِيحُكُمْ

dan hilang kekuatan kalian. (Al-Anfal: 46)

Artinya, kekuatan dan persatuan kalian akan hilang, keberanian kalian akan menyurut pudar. [ Tafsir Ibnu katsir surat al anfal : 46 ].

Syaikh Sayyid Qutub berkata : Tidaklah manusia berbantah bantahan kecuali karena perbedaan pandangan. Jika tidak, maka karena hawa nafsu yang ditaati yang kemudian mengarahkan pikiran dan ide. Jika manusia mau untuk menyerahkan diri pada Allah dan Rasul Nya, maka akan hilanglah sebab perpecahan diantara mereka. Meski berbeda cara pandang dalam melihat permasalahan. Sebenarnya yang menjadi sebab perdebatan bukanlah perbedaan cara pandang. Akan tetapi hawa nafsu yang telah menjadikan para pemiliknya untuk berjalan di atasnya. Meski sebenarnya jalan kebenaran itu telah jelas. (Fi dhilalil qur’an ayat 46).

Ibnu Athiyah menyebutkan bahwa surah Al-Anfal: 45-46 merupakan perintah Allah langsung agar orang- orang beriman tetap teguh untuk meraih janji kemenangan dan pertolongan Allah ta’ala. Di antara faktor yang harus menjadi perhatian serius adalah faktor menjauhi dan menghindar dari hal-hal yang menyebabkan perselisihan, perpecahan dan perdebatan yang berujung kepada su’udz dzan dan ketidak harmonisan hubungan ukhuwwah antar seluruh personal dakwah. Karena faktor ini dapat mempengaruhi dan memberi dampak pada faktor-faktor yang lainnya.

Ayat yang senada dengan peringatan Allah di atas adalah :

“Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan, maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena nikmat Allah, orang-orang yang bersaudara; dan kamu telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu dari padanya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk”. (Ali Imran: 103).

Imam As Singqithi berkata : dalam ayat ini Allah melarang orang orang mukmin untuk berbantah bantahan. Karena hal tersebut penyebab perpecahan, hilangnya kekuatan. Dan Ia melarang untuk berpecah belah sebagaimana dalam ayat lain “Berpeganglah kalian pada tali Allah secara bersama sama dan janganlah berpecah belah”. [Adwaul bayan surat al anfal : 46].

Perpecahan merupakan penyakit dakwah dan jihad yang akan memporak-porandakan bangunan ukhuwwah. Padahal ukhuwwahlah yang menjadi sendi serta pondasi dakwah dan jihad. Jika ukhuwah telah rusak karena perbedaan ijtihad, sesama saudara telah mudah untuk mengkafirkan, maka hampir mustahil untuk menyatukan ummat dalm visi besar yaitu tegaknya syari’at islam.

Penutup

Kita hidup di akhir zaman yang penuh dengan fitnah. Para ustadz yang menghibah saudaranya dianggap membongkar kesesatan. Berdebat dengan saudaranya dengan emosi dianggap berdebat dengan ahlul bid’ah. Dan menumpahkan darah saudaranya dianggap membunuh orang murtad. Dimanakah sifat saling mencintai sesama muslim itu berada ?. Akankah itu hanya pemanis bibir yang tidak ada realisasinya ?. Bukankah Rasulullah sallallahu alaihi wasallam bersabda ;

لاَ تَحَاسَدُوْا وَلاَ تَبَاغَضُوْا وَلاَ تَحَسَّسُوْا وَلاَ تَنَافَسُوْا وَلاَ تَجَسَّسُوْا وَلاَ تَنَاجَشُوْا وَلاَ تَهَاجَرُوْا وَلاَ تَدَابَرُوْا وَلاَ يَبِعْ بَعْضُكُمْ عَلَى بَيْعِ بَعْضٍ وَكُوْنُوْا عِبَادَ اللهِ إِخْوَانًا

“Janganlah kamu saling menghasut, saling membenci, saling mengintip rahasia, saling mencari keburukan, sa-ling menawar lebih tinggi dengan maksud agar orang lain menawar lebih tinggi, saling memutuskan hubungan, saling bermusuhan, jangan jual beli yang satu mengganggu jual beli yang lain. Jadilah kamu sekalian hamba-hamba Allah yang bersaudara. (HR. Al-Bukhari dan Muslim).

Tentang Penulis

Show More

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button