Komunisme, Ancaman Semua Agama
Andalus.or.id – Apa yang terbayang dalam pikiran Anda, ketika mendengar atau membaca kata PKI-Komunisme-Sosialisme, atau Marxisme?.
Mungkin, bayangannya adalah anyir darah, teriakan semangat yang mengguncah semangat, atau bisa jadi yang terbayang adalah pembantaian yang kejam terhadap ulama, santri, dan para pejabat.
Tapi, ini hanya bayangan yang ada pada generasi yang lahir tahun 90-an ke bawah. Adapun generasi yang lahir di atas tahun 90 an, tidak akan ada bayangan tersebut.
Jangankan untuk membayangkan sosok komunis dan sejawatnya, kalimat komunis (PKI) saja belum familiar di telinga mereka, atau mungkin kedengarannya sangat aneh.
Baca Juga: Sejarah Kemunculan PKI
Kenapa? Sejak reformasi 1998, kader-kader komunis berhasil memaksa pemerintah saat itu untuk mencabut pelajaran sejarah kejahatan PKI dari kurikulum sekolah. Mulai dari sekolah dasar hingga perguruan tinggi.
Belum berhenti sampai di sini, mereka juga berhasil memaksa pemerintah untuk tidak menayangkan film kejahatan PKI yang biasa ditonton tiap malam 30 September.
Komunis Berbahaya Bagi Agama
Marx mengajarkan bahwa agama adalah keluh kesah makhluk tertindas koma hati nurani dari dunia yang tak berhati tepat sebagaimana Ia adalah jiwa dari keadaan yang tak berjiwa. Menurut Marx, agama adalah candu bagi rakyat, dia menulis:
“Agama hanya bagaikan bayangan matahari yang bergerak mengitari orang, sampai ia mulai mengitari diri sendiri.” (Bahaya Komunisme, hlm. 247)
Lenin, juru tafsir ajaran marxisme, menulis:
“Kita harus mempelajari bagaimana memerangi agama. Untuk itu seseorang harus menerangkan secara materialis akan sumber kepercayaan dan agama dari massa.”
“Jadi,” lanjut Lenin, “Lenyapkan agama hidupkan atheism. Penyebaran paham atheis adalah tugas kita.” Inilah ucapan Lenin, gembong atheis yang dipuja Puja pada masa pra-Gestapu/PKI di Indonesia.
Dia menambahkan, “Agama adalah racun bagi jiwa, dimana budak-budak kapitalisme membenamkan perikemanusiaan, hasrat hati mereka untuk suatu kehidupan yang layak.”
Lenin lupa, bahwa komunisme sendiri adalah agama resmi dengan nabinya Karl Marx dan menuhankan benda. Anehnya, komunis yang menganggap agama sebagai candu untuk rakyat, menjadikan buku-buku karangan Karl Marx sebagai kitab suci.
Bahkan mendudukkan Karl Marx sebagai nabi. Komunis China bahkan menganggap Mao Tse Tung sebagai Mahadewa. Hal ini terbukti dengan ucapan Tao Chu, kepala seksi propaganda Partai Komunis China tempo dulu, pada tanggal 31 Agustus 1966 dia mengatakan:
“Semua di dunia ini dapat dikritik, termasuk saya sendiri, kecuali pemimpin besar kita Mao Tse Tung.” (Bahaya Komunisme, hlm. 250)
Sejarah Membuktikan Kejahatan Mereka
Budayawan Indonesia, Taufik Ismail, menulis dalam bukunya, “Katastrofi Mendunia” —Bencana Yang Mendunia-, jumlah korban kejahatan PKI antara kurun 1917-1991, sebanyak 100 juta manusia di 76 negara.
Bahwa PKI adalah ideologi anti agama bisa di lihat sejarah mereka di Indonesia slogan-slogan yang dibawa oleh dan disuarakan oleh kader kader PKI adalah anti agama misalkan ganyang santri, ganyang masyumi, ganyang kontra revolusi dan sejenisnya.
Di Madiun yel-yel yang disuarakan oleh orang-orang PKI saat melakukan pembantaian terhadap para kiyai, santri dan tokoh-tokoh politik Islam adalah, “Pondok bobrok, pondok bobrok; langgar bubar, langgar bubar; santri mati, santri mati, ganyang sorban, ganyang kapitalis.”
Nasib umat beragama di negara-negara yang didominasi oleh PKI sangat menggenaskan. Mereka menjadi buruan para kader yang haus darah. Tercatat, ketika Lenin yang berkuasa di Soviet, antara tahun 1917 sampai 1921 telah melakukan pembunuhan sebanyak 800.000 kaum muslimin.
Dalam sebuah catatan disebutkan, jumlah masjid di Bukhara sebelum berkuasanya Lenin sebanyak 35000 buah, kemudian setelah Komunis berhasil mengalahkan Tsar, masjid tinggal 1312. Di Turkistan ada sebanyak 14000 masjid ditutup. Di Kaukakus, 4000 masjid dihancurkan. Di Krimia ada 1000 masjid yang dibongkar. Dan pada tahun 1938 tidak ada lagi masjid yang tertinggal di Krimia.
Baca Juga: PKI menyerang Pesantren Gontor
Pada tahun 1926 pengadilan syariah yang terakhir di Turkistan dimusnahkan Pada tahun 1927. Sejumlah 595 Madrasah ditutup dan diambil alih oleh pemerintah Komunis. Antara tahun 1928 hingga 1939 semua ulama Imam para pejabat agama ditangkap, semua Al Quran dikumpulkan kemudian dibakar.(Bahaya Komunisme, hlm. 250-252, & Marxisme dan Agama, hlm. 70-seterusnya )
Di negara-negara jajahan Uni Soviet lainnya, para pemeluk agama juga ditindas dengan sangat kejam. Misalnya di Bulgaria ada 800.000 orang Islam dibasmi. Di Rumania yang tertinggal hanya sekitar 50.000 orang Turki muslim dan 120.000 orang Kristen.
Komunisme di Indonesia
Di negara kita tercatat ada tiga kali Partai Komunis Indonesia PKI berupaya melakukan aksi pemberontakan berdarah:
Pertama: Pada tahun 1926 sampai 1927. Saat itu Indonesia masih bernama Hindia Belanda. Pemberontakan ini bahkan tidak hanya terjadi di Jawa namun juga di Sumatera Barat. Mereka memberontak kepada pemerintahan Hindia Belanda bukan untuk memerdekakan Indonesia, tetapi untuk melemahkan pemerintahan Hindia Belanda, agar orang-orang komunis yang ada di negara Belanda bisa menguasai pemerintahan.
Kedua: Pemberontakan pada Tahun 1948 yang dikenal dengan peristiwa Madiun tokoh PKI seperti Muso, menjadi aktor dibalik aksi pemberontakan yang menyebabkan banyak nyawa umat Islam melayang. Pada saat itu Muso adalah kader PKI yang melarikan diri ke Uni Soviet tahun 1926 setelah gagal pemberontakan pertama. Di negeri beruang merah itu, ia dikader oleh Stalin selama 22 tahun. Ia pulang ke Indonesia pada Agustus 1945, lalu dia memproklamirkan negara Soviet Indonesia pada 18 September 1948.
Ketiga: Pemberontakan yang dilakukan pada tahun 1965 atau dikenal dengan gerakan 30 September PKI. Dimana tujuh jendral revolusi dibantai secara biadab dalam lubang-lubang pembantaian yang sudah mereka siapkan.
Lebih daripada itu, ribuan umat Islam disiksa dibunuh dan dibantai di daerah-daerah lainnya. Terutama di Jawa Timur; seperti di Magetan, Kediri, Pacitan, Blitar, Madiun, Ponorogo dan beberapa daerah lainnya. Mereka menyerang pondok-pondok pesantren, para Kiyai, bahkan para pejabat pun tidak lepas dari kejahatan mereka.
Misalnya, bupati Magetan ditangkap. Kemudian, para algojo PKI merentangkan tangga membelintang sumur, lalu dalam keadaan telentang dan terikat, bupati Magetan dibaringkan di atas sumur tersebut. Kemudian para algojo menggergaji badannya sampai putus dua, dan badannya dimasukkan ke dalam sumur.
Inilah fakta dan data ideology serta kejahatan PKI. Sangat disayangkan, jika pemerintah sekarangkurang tegas terhadap kader-kader komunis. Bahkan terkesan memberi haluan kepada mereka untuk menyebarkan pahamnya dan melakukan propaganda.
Sementara, di saat yang sama, pemerintah begitu tegas terhadap gerakan-gerakan Islam. Padahal kejahatan mereka di negara ini, tidak terbukti sama sekali. Sungguh tidak adil!.