Kematian dan Covid-19

Kematian merupakan kepastian bagi setiap makhluk-Nya

Andalus.or.id – Kematian akibat terror Covid-19, masih menghantui masyarakat dunia, terlebih di negeri kita Indonesia. Seorang muslim, seharusnya tidak sekedar melihat kejadian ini hanya dari sudut pandang dunia atau materilistik.

قُلْ إِنَّمَا أُنْذِرُكُمْ بِالْوَحْيِ وَلَا يَسْمَعُ الصُّمُّ الدُّعَاءَ إِذَا مَا يُنْذَرُونَ

“Katakanlah (hai Muhammad): “Sesungguhnya aku hanya memberi peringatan kepada kamu sekalian dengan wahyu dan tiadalah orang-orang yang tuli mendengar seruan, apabila mereka diberi peringatan.” (QS. Al-Anbiya’: 25)

Ada banyak pelajaran yang bisa diambil dari wabah Covid-19, yang kian mengganas. Diantaranya:

Pertama: Kematian itu sangat dekat.

Suatu waktu Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam ditanya oleh salah seorang sahabat, “(أي المؤمنين أَكْيَس؟) -Mukmin manakah yang cerdas?-.”

Beliaupun menjawab,

أكثَرُهم ذِكرًا للموت، وأشدُّهم استعدادًا له، أولئك هم الأكياسُ

“Yaitu orang-orang yang banyak mengingat kematian, dan paling serius mempersiapkan diri untuk menghadapi kematian tersebut. Mereka inilah orang-orang yang cerdas.” (HR. Ibnu Majah & Hakim)

Dalam riwayat lain, Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam pernah bersabda”

أكثروا ذِكرَ هاذِم اللَّذَّات: الموت

Hendaklah kalian memperbanyak mengingat penghancur kelezatan; yaitu al-maut (kematian).” (HR. Tirmidzi)

Hadits serupa, dan puluhan ayat yang berbicara tentang kematian, seringkali tidak menjadikan seseorang tetiba sadar kematian, lalu mempersiapkan kematian tersebut dengan baik.

Kata para ulama, mengingat kematian itu akan melembutkan hati, menyemangati ibadah dan memutuskan godaan nafsu. Terkadang ayat-ayat kauniyah lebih mengena dan berpengaruh bagi jiwa manusia, daripada ayat-ayat qur’aniyah.

Virus Corona ini adalah salah satu ayat kauniyah. Dari sekian tanda-tanda keagungan Allah Ta’ala. Semuanya atas perintah dari Allah Ta’ala, dan tidak akan menimpa siapapun, kecuali atas izin Allah Ta’ala. Dengan wabah Covid-19 ini, ketakutan menyelimuti jiwa. Ketakutan itu, bukan karena virusnya tapi karena efek dari virus tersebut, yaitu kematian.

Sebagai seorang muslim, kita tidak boleh melewatkan momentum ini untuk dzikrullah dan dzikrul maut. Agar ia menjadi orang yang paling beruntung kelak di hari kiamat.

Kedua: Takdirmu Tidak Pernah Berubah

Salah satu penyebab kesedihan yang mendalam adalah ketidak mampuan seseorang untuk mengelola rasa dan cara pandangnya terhadap sebuah peristiwa. Oleh karena itu, Islam sangat perhatian dalam membangun persepsi, rasa dan cara pandang terhadap semua peristiwa yang telah, sedang dan akan terjadi.

Sehingga, seorang mukmin hakiki, ia tidak akan menghadapi kebingungan yang sangat. Apalagi putus harapan, tatkala menghadapi ujian-ujian hidupnya.

Termasuk menghadapu ujian virus corona dan dampak negatif dalam kehidupannya. Seperti, di-PHK, berkurangnya penghasilan, kesulitan ekonomi, harga kebutuhan pokok yang kian menanjak. Diantara sudut pandang yang harus dibangun adalah, penguatan iman kepada takdir. Bahwa semua yang terjadi di alam semesta ini, termasuk pada dirinya, adalah takdir Allah .

Dan semua takdir Allah pasti baik baginya. Ada banyak hikmah dari setiap takdir yang Allah tetapkan. Keimanan kepada takdir membuat seorang muslim tidak akan mudah depresi, apalagi putus asa. Allah berfirman’

مَا أَصَابَ مِن مُّصِيبَةٍ فِي الأَرْضِ وَلاَ فِي أَنفُسِكُمْ إِلاَّ فِي كِتَابٍ مِّن قَبْلِ أَن نَّبْرَأَهَا إِنَّ ذَلِكَ عَلَى اللَّهِ يَسِير * لِكَيْلاَ تَأْسَوْا عَلَى مَا فَاتَكُمْ وَلاَ تَفْرَحُوا بِمَا آتَاكُمْ وَاللَّهُ لاَ يُحِبُّ كُلَّ مُخْتَالٍ فَخُور

“Tiada suatu bencanapun yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab (Lauhul Mahfuzh) sebelum Kami menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah.

(Kami jelaskan yang demikian itu) supaya kamu jangan berduka cita terhadap apa yang luput dari kamu, dan supaya kamu jangan terlalu gembira terhadap apa yang diberikan-Nya kepadamu. Dan Allah tidak menyukai setiap orang yang sombong lagi membanggakan diri,” (QS. Al-Hadid: 22-23)

Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam menjelaskan, menerima takdir dan ketentuan Allah adalah jalan menuju kebahagiaan tanpa batas. Beliau bersabda;

وَارْضَ بِمَا قَسَمَ اللهُ لَكَ تَكُنْ أَغْنَى النَّاسِ

Terimalah dengan apa yang Allah  berikan kepada kamu, niscaya kamu akan menjadi manusia yang paling kaya (bahagia).”

Ketiga: Bersandarlah Kepada Allah ﷻ

Apa yang diperlukan oleh orang-orang saat wabah melanda? Obat dan imunitas tubuh itulah yang diperlukan oleh banyak orang. Berobat dan menjaga imunitas tubuh itu penting.

Hanya saja. Bersandar pada obat-obatan dan manusia, adalah masalah. Sebab, ia bersandar pada dzat yang sangat lemah. Ini bukan bermakna, Islam tidak menganjurkan pengobatan. Justeru, menurut Sebagian ulama, berobat itu wajib. Bahkan bagian dari ikhtiyar yang diperintahkan dalam Islam.

Walaupun Sebagian ulama menghukumi pengobatan itu sunnah, mubah, bahkan makruh. Tetapi, Rasulullah ﷺ telah mencontohkan untuk berobat.

Maka bersandar yang benar adalah bersandar kepada Allah . Menyerahkan semua urusan kita, kepada Allah , setelah berusaha maksimal.

Baca Juga: Kenapa Bulan Desember Sering Terjadi Bencana?

Allah adalah Rabbul ‘Alamin -Pencipta, Pemiliki dan Pengatur Alam Semesta-. Dia Dzat Yang Maha Kuat, dan Maha Penyayang. Memiliki kehendak dan kekuasaan di atas segala-galanya. Maka, menyerahkan semua urusan kita kepada Allah di tengah wabah seperti ini khususnya. Dan pada kondisi-kondisi normal, pada umumnya adalah sebuah keniscayaan.

Allah berfirman:

{وَمَنْ يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَلْ لَهُ مَخْرَجًا. وَيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُ، وَمَنْ يَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ فَهُوَ حَسْبُهُ}

“Barangsiapa yang bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan memberikan baginya jalan ke luar (bagi semua urusannya). Dan memberinya rezki dari arah yang tidada disangka-sangkanya. Dan barangsiapa yang bertawakal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (segala keperluan)nya” (QS. Ath-Thalaaq:2-3).

Ibnul Qayyim berkata, “Tawakkal adalah faktor paling utama yang bisa mempertahankan seseorang ketika tidak memiliki kekuatan dari serangan makhluk lainnya yang menindas serta memusuhinya.

Tawakkal adalah sarana yang paling ampuh untuk menghadapi keadaan seperti itu, karena ia telah menjadikan Allah sebagai pelindungnya atau yang memberinya kecukupan.

Maka barang siapa yang menjadikan Allah sebagai pelindungnya serta yang memberinya kecukupan, maka musuhnya itu tak akan bisa mendatangkan bahaya padanya.” (Bada’i Al-Fawa’id 2/268)

Tentang Penulis

Show More

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button