Bersamai Pasangan Anda Tatkala Sedih

Andalus.or.id –Usaplah air mata mereka. Bersamai mereka dalam kesedihan. Salah satu mu’asyarah, pergaulan yang baik dari Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam, kepada para istrinya adalah beliau tidak membiarkan istri-istrinya merasakan kesedihan sendiri, baik tatkalah mereka ditimpa musibah atau ketika mereka sakit.
Disebutkan dalam sebuah riwayat; suatu waktu Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam berjalan bersama dengan rombongan para sahabat. Saat itu, istri beliau yang bernama Sofiyah binti Huyai, bersama dengan Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam.
Sofiyah radhiyallahu anha menunggang unta sendirian, unta ini dikenal sebagai unta yang sangat nyaman untuk dinaiki. Punggunya rata. Di tengah perjalanan untanya merasa capek, kemudian untanya menderum. Seakan-akan tidak bergerak lagi.
Baca juga: Menjadi Keluarga yang Harmonis
Itu yang membuat Sofiyah sedih. Beliau menangis. Mengetahui hal itu, Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam mendatangi Sofiah. Beliau tidak memarahi Sofiah atau menyebutnya cengeng atau manja. Tapi beliau mengusap air mata Sofiah dengan kedua tangannya. Dengan jari-jarinya yang manis.
Kemudian memberikan semangat kepada Sofiah.
Baca juga: Kasing Sayang Rajulun Shalih
Memang ucapan Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam tidak membuat unta Shofiyah seketika bangun. Atau membuat unta seketika tambah kuat dan berdiri lagi. Tidak. Namun itu sudah menjadi sesuatu yang luar biasa bagi seorang istri terutama Shofiyah.
Dengan perlakuan simpatik dari suaminya ini, dia merasakan bahwa kesedihannya tidak dia pikul sendiri. Tapi ada suaminya. Ia yakin bahwa suaminya termasuk laki-laki yang siap memikul deriatanya juga. Artinya dia tidak sendiri dalam menghadapi masalah ini.
Begitulah seharusnya seorang suami. Dia jangan membiarkan istrinya sakit sendirian. Demikian juga bersedih sendirian. Tapi ia harus melibatkan dirinya dalam kesedihan mereka dan musibah yang mereka menghadapi.
Jangan sampai ketika mereka sakit dibawa ke rumah orang tuanya. Lantas, meninggalkannya begitu saja. Sementara dia fokus kerja. Memang kerja adalah kewajiban, namun memberikan perhatian kepada keluarga terutama istri juga sebuah kewajiban. Dua-duanya harus dipenuhi hak-haknya.
(Oleh: Ust. Masud Izzul Mujahid)